Blog Dunia Pendidikan

Contoh BAB IV Skripsi Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun Bungur

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Herbarium Sekolah Ilmu DanTeknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengetahui dan memastikan jenis tumbuhan dari sampel yang digunakan. Hasil determinasi menunjukan sampel tumbuhan yang digunakan adalah Lagerstroemia speciosa (L.) Pers . Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.

4.2 Preparasi Simplisia
4.2.1 Pengumpulan Simplisia
Sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu daun bungur (Lagerstroemia speciosa Pers.)  dikumpulkan dari sekitar taman dadaha di daerah Kampung Babakan Serang, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

4.2.2 Pengolahan Simplisia

4.3 Karakterisasi Mutu Simplisia
Daun bungur yang masih segar mudah mengalami kerusakan apabila disimpan di tempat yang lembab dalam jangka waktu yang lama. Untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut maka simplisia daun bungur segar yang akan digunakan untuk analisis dibuat kering untuk memperlambat proses pembusukan. Daun bungur segar di cuci dengan menggunakan air mengalir untuk membersihkan pengotor. setelah bersih dari pengotor, daun bungur segar dikeringkan dengan cara diangin-angin karena senyawa yang akan dianalisis bersifat tidak tahan terhadap pemanasan. Simplisia yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender kemudian di ayak dengan menggunakan mash no.60. Untuk preparasi simplisia dapat dilihat pada lampiran 2.

4.3.1 Uji Makroskopik
Uji makroskopik dilakukan terhadap simplisia segar dan serbuk simplisia tanpa menggunakan alat.Hasil uji makroskopik dari serbuk simplisia daun bungur yaitu berwarna hijau, tidak berbau dan rasa agak pahit. Sedangkan pada simplisia segar yaitu helaian daun berbentuk lonjong, berlekuk tidak teratur, pangkal daun menyempit, pinggir daun bergelombang, permukaan daun sebelah atas agak kasar dan berwarna lebih pucat.
Gambar 4.1 Makroskopik daun bungur,
                             a. Simplisia segar b. Simplisia kering
c. Serbuk simplisia
4.3.2 Uji Mikroskopik
Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan.Hasil uji mikroskopik dari daun bungur yaitu memiliki jaringan epidermis, sel stomata, berkas pengangkut dan rambut penutup.
Gambar 4.2 Mikroskopik daun bungur
                                                       a. Berkas pengangkut b. Rambut penutup
                                                       c. Stomata d. Jaringan   epidermis
 
4.3.3 Hasil Skrining Fitokimia
Uji skrining fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia.Selain pada serbuk simplisia, proses skrining dilakukan pada ekstrak, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-hexana.Uji skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun bungur yang kemungkinan mempunyai potensi sebagai antioksidan. Hasil skrining fitokimia simplisia, ekstrak, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-hexana dapat dilihat pada tabel:  
  
Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia
No
Golongan senyawa
Serbuk
Simplisia
Ekstrak
etanol
Fraksi    air
Fraksi etil
asetat
Fraksi
N-hexan
1
Alkaloid
_
_
_
_
_
2
Flavonoid
+
_
+
_
_
3
Tanin
_
_
_
_
_
4
Polifenol
+
+
+
_
_
5
Kuinon
_
_
_
_
_
6
Saponin
+
+
+
+
+
7
Monoterpenoid dan Sesquterpenoid
_
_
_
_
_
8
Steroid dan triterpenoid
_
_
_
_
_
Keterangan : (-) Tidak teridentifikasi
                     (+) Teridentifikasi
Berdasarkan tabel tersebut bahwa serbuk simplisia daun bungur (Lagerstroemia Speciosa Pers.) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, polifenol dan saponin.Yang kemungkinan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yaitu senyawa polifenol dan flavonoid yang kemudian dilanjutkan dengan uji potensi aktivitas antioksidan dari senyawa-senyawa tersebut terhadap radikal bebas DPPH. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
4.4 Hasil Karakterisasi Mutu Simplisia
            Uji mutu simplisia yang dilakukan diantaranya yaitu penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, abu larut air, abu tidak larut asam, penetapan kadar susut pengeringan, penetapan kadar sari larut air dan penetapan kadar sari larut etanol. Hasil uji mutu simplisia dapat dilihat pada tabel berikut:
                             Tabel 4.2 Hasil Karakterisasi Mutu Simplisia
Karakterisasi Mutu Simplisia
           Hasil
Kadar air
0,04%
Kadar abu total
0,010%
Kadar abu tidak larut asam
0,023%
Kadar  abu larut air
0,109%
Kadar susut pengeringan
14,5%
Kadar sari larut air
0,079%
Kadar  sari larut etanol
0,072%




                                                                                                     
       Penetapan kadar air dilakukan terhadap simplisia daun bungur dengan menggunakan metode destilasi azeotrop, berdasarkan hasil penelitian ini bahwa kadar air rata – rata memiliki nilai sebesar 0,04 %. Penetapan kadar susut pengeringan digunakan untuk mengetahui kandungan senyawa yang hilang pada saat melakukan proses pengeringan, Hasil dari susut pengeringan juga dapat dijadikan sebagai ukuran dalam proses penyimpanan simplisia. Untuk simplisia daun bungur memiliki nilai % rata-rata susut pengeringan sebesar   14,5 %. Penetapan kadar sari larut air digunakan untuk menentukan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut air untuk simplisia daun bungur memiliki nilai % rata – rata sebesar 0,079%. Penetapan kadar sari larut etanol digunakan untuk menentukan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut etanol untuk simplisia daun bungur memiliki nilai % rata – rata sebesar 0,072 %. Penentuan kadar abu total, abu larut air dan abu tidak larut asam digunakan untuk mengetahui kadar mineral dan zat pencemar yang terdapat di dalam simplisia. Untuk simplisia daun bungur memiliki nilai % rata-rata abu total sebesar 0,010 %, memiliki nilai % rata-rata abu tidak larut asam sebesar 0,023 %, dan memiliki nilai % rata-rata abu larut air sebesar 0,109 %.Tujuan dilakukan uji parameter simplisia yaitu untuk memenuhi persyaratan kualitas simplisia yang dijadikan sebagai bahan penelitian.
4.5 Ekstraksi     
            Pada penelitian ini metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut etanol 96% . Serbuk simplisia sebanyak 250 gram serbuk simplisia kemudian dimaserasi dengan etanol 96% sebagai pelarut. Hasil maserasi disaring kemudian filtrat yang didapatkan diuapkan dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental. Proses maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam. Dengan hasil % rendemen yaitu sebesar 0,045%.
4.6 Fraksinasi
Ekstrak etanol yang telah diperoleh kenudian difraksinasi menggunakan metode Ekstraksi Cair-Cair (ECC) dengan menggunakan campuran dua pelarut yang mempunyai perbedaan kepolaran yaitu air : n-hexana (100:100) dan air : etil asetat (100:100) dari ekstrak etanol sehingga diperoleh fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-hexana kemudian masing-masing fraksi diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Berdasarkan hasil perhitungan bahwa fraksi n-hexana memiliki nilai % rendemen sebesar 0,066 %, fraksi etil asetat memiliki nilai % rendemen sebesar 0,063 % dan fraksi air memiliki nilai % rendemen sebesar 0,029 %. Untuk data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.
4.7  Uji Aktivitas Antioksidan
            Tahapan uji aktivitas antioksidan diantaranya yaitu: a. pembuatan larutan DPPH dan b. pengukuran potensi aktivitas antioksidan.
1.      Pembuatan Larutan DPPH
Pembuatan  Larutan DPPH 50 ppm yaitu dengan cara  5 mL DPPH dari larutan induk DPPH yang sudah dibuat (larutan induk 500 ppm) dengan menggunakan pipet volume kemudian dilarutkan dalam 50 mL  metanol p.a, kemudian masukan dalam botol berwarna gelap dan terlindung dari cahaya.
2.      Pengukuran Potensi Aktivitas Antioksidan
 1 mL Larutan DPPH dari larutan induk (larutan induk 50 ppm)  ditambah 1 mL methanol p.a  setelah itu di ukur absorbansinya untuk mencari λ maks. Sampel ekstrak dibuat larutan induk  kemudian dari larutan induk tersebut dibuat variasi konsentrasi yaitu 250,300,350,400,450,500 dan 550  kemudian  dilarutkan dalam methanol p.a. kemudian tiap-tiap konsentrasi dari sampel ekstrak ambil 1 mL dan ditambahkan DPPH sebanyak 1 mL  setelah itu diinkubasi pada suhu ruangan  kemudian dimasukan dalam kuvet untuk mengukur absorbansinya pada λ maks, sampel fraksi dibuat larutan induk  kemudian dari larutan induk tersebut dibuat variasi konsentrasi kemudian dilarutkan dalam methanol p.a. kemudian tiap-tiap konsentrasi dari sampel fraksi ambil 1 mL dan ditambahkan DPPH sebanyak 1 mL setelah itu diinkubasi pada suhu ruangan kemudian dimasukan dalam kuvet untuk mengukur absorbansinya padaλ maks. untuk larutan pembanding yaitu larutan vitamin c diperlakukan seperti sampel tetapi sampel diganti dengan larutan vitamin c. Berdasarkan hasil pengukuran potensi aktivitas antioksidan dengan mengukur % penghambatannya terhadap radikal bebas DPPH dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang DPPH menunjukan bahwa daun bungur memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 yaitu fraksi n-hexana yaitu sebesar 525,62, fraksi air sebesar 212,17, fraksi etil asetat sebesar 1,2698, dan ekstrak sebesar 1821,481 dan sebagai pembanding yaitu menggunakan vitamin c dengan nilai IC50 yaitu sebesar 2,3084. Dengan melihat hasil tersebut bahwa sampel ekstrak etanol, fraksi air, etil asetat dan air  memiliki kategori aktivitas antioksidan yang sangat lemah dibandingkan dengan vitamin c.Data selengkapnya bias dilihat pada lampiran 11 sampai 15.
Tag : SKRIPSI
Iklan 655 x 60
0 Komentar untuk "Contoh BAB IV Skripsi Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas Antioksidan Daun Bungur"

Back To Top