Blog Dunia Pendidikan

CONTOH BAB II SKRIPSI KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN BUNGUR

BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bungur

2.1 Gambar tanaman bungur (Lagerstroemia Speciosa)
             (Sumber : Dalimartha, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia)

2.1.1 Klasifikasi Bungur
Kingdom         : Plantae
Sub Kingdom  : Tracheobionta
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Myrtales
Famili              : Lythraceae
3
Genus              :  Lagerstroemia Speciosa Pers (Heyne,1987)
2.1.2 Uraian Bungur
Bungur dapat ditemukan dihutan jati, baik di tanah gersang maupun di tanah subur hutan heterogen berbatang tinggi. Kadang-kadang, bungur ditanam sebagai pohon hias atau pohon pelindung di tepi jalan. Di Jawa, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl. Selain itu, bungur banyak ditemukan pada ketinggian di bawah 300 m. Pohon, tinggi 10-30 m. batang bulat, percabangan mulai dari bagian pangkalnya, berwarna cokelat muda. Daun tunggal, bertangkai pendek. Helaian daun berbentuk oval, elips, atau memanjang, tebal seperti kulit, panjang 9-28 cm, lebar 4-12 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk berwarna ungu, tersusun dalam malai yang panjangnya 10-15 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buahnya buah kotak, berbentuk bola sampai bulat memanjang, panjang 2-3,5 cm, beruang 3-7, buah yang masih muda berwarna hijau, setelah masak menjadi cokelat. Ukuran biji cukup besar, pipih, ujung bersayap berbentuk pisau, berwarna cokelat kehitaman. Bungur dapat diperbanyak dengan biji.(Dalimartha, jilid 2, atlas tumbuhan obat Indonesia)

2.1.3 Khasiat, kandungan senyawa kimia, dan bagian yang digunakan pada bungur.

Bungur mempunyai berbagai macam khasiat diantaranya yaitu biji bungur digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi, kulit kayu  digunakan untuk pengobatan diare, disentri dan kencing darah. Daun digunakan untuk pengobatan kencing batu, kencing manis, dan tekanan darah tinggi.
Bungur mengandung senyawa kimia yaitu saponin, tanin, dan flavonoid.
Bagian yang digunakan untuk obat pada bungur yaitu  daun, yang berwarna hijau tua. (Dalimartha, jilid 2, atlas tumbuhan obat Indonesia)

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Ekstraksi merupakan tahap awal pada jalur isolasi metabolit sekunder dari tumbuhan obat. Ditinjau dari suhunya, ekstraksi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1.      Ekstraksi dingin, contohnya yaitu:
a.       Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
b.      Perkolasi
Perkolasi merupakan proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan.
2.      Ektraksi panas, contohnya yaitu:
a.       Refluks
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.


b.      Soxhletasi    
Soxhletasi merupakan proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan denganalat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c.       Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan   pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar).
d.      Infundasi
Infundasi merupakan proses ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana tercelup dalam penangas air mendidih) selama waktu tertentu.
e.       Dekoktasi
Dekoktasi merupakan proses infundasi yang dilakukan pada waktu yang lebih lama.

2.3  Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi yaitu suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pada KLT pemisahan senyawa terjadi karena perbedaan daya serap senyawa terhadap adsorben dan kelarutannya dalam cairan pengelusi. Mekanisme pemisahan pada KLT sering disebut sebagai mekanisme adsorbsi dan partisi. (Suplement Farmakope Herbal Indonesia, 2010)

2.4  Spektrofotometri
Spektrofotometri sinar tampak (Uv-vis) merupakan pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002) Sinar Ultra violet (Uv) mempunyai panjang gelombang   200- 400 nm. dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-800 nm. pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer Uv-vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum Uv-vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif.konsentrasi dari analit didalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007)  

2.5  Radikal Bebas
Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang relatif tidak stabil didalam sel, mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbitnya. Molekul bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya yang biasanya diambil dari sel tubuh lain. (Moses Gomberg)

2.6  Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek radikal bebas. (Moses Gomberg)

2.7  Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya terdapat pada tumbuhan. Ada beberapa jenis kelompok flavonoid diantaranya yaitu antosianin, flavonol dan flavon.  Antosianin adalah pigmen berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah, ungu dan biru. Pigmen ini juga terdapat diberbagai bagian tumbuhan lain misalnya buah, batang dan akar. Senyawa flavonoid mampu meningkatkan resistensi tanaman terhadap radiasi uv (ultra violet). Contoh senyawa flavonoid tersebut yaitu quercetin dan myricetin yang merupakan jenis flavonoid yang melindungi sel Caco-2 yang terdapat pada saluran pencernaan dari oksidasi rantai ganda DNA dan bersifat antioksidan  yang melindungi kolonosit dan dari senyawa oksidatif. (Halhbrock k,1981)

2.8  Metode DPPH (Difenil Pikril Hidrazil)

Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin c. uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil (DPPH)  sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan yang mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikril hidrazin.(Ozyurt, 2005, Determinasi antioksidan total dengan metode spektrofotometri)
Tag : SKRIPSI
Iklan 655 x 60
0 Komentar untuk " CONTOH BAB II SKRIPSI KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN BUNGUR"

Back To Top