KHUTBAH, TABLIGH DAN
DAKWAH
A..KHOTBAH
Khotbah berasal dari kata khataba,
yakhtubu, khutbatan yang berarti ceramah atau pidato.
Khotbah Jum'at ialah bentuk
ceramah yang berisi nasehat dan wasiat keagamaan yang disampaikan kepada jamaah
yang diikat oleh syarat dan rukun. Khutbah jumat punya syarat dan rukun yang
tidak boleh ditinggalkan, sebab terkait erat dengan sah atau tidaknya sebuah
ibadah mahdhah. Orang yang menyampaikan khotbah
disebut dengan khotib.
Khotib Jum'at.
Khotib harus memenuhi ketentuan agar menjadikan
khotbahnya syah. Adapun ketentuan
menjadi khotib adalah :
a. Islam, baligh, berakal
sehat.
b. Mengetahui syarat,
rukun dan sunat khotbah.
c. Suci dari hadats dan najis.
d. Suaranya jelas dan dapat difahami jamaah.
e. Tidak tercela dalam
masyarakat.
Syarat
Khotbah
a Syarat khotbah yaitu suatu hal yang
harus dipenuhi sebelum melaksanakan
khotbah jum'at. Adapun syarat dua
khotbah yaitu :
b Dimulai sesudah masuk waktu dhuhur.
c
Khotib
hendaknya berdiri jika mampu.
d Khotib
hendaklah duduk sebentar antara khotbah satu dan khotbah kedua. Rasulullah saw, bersabda :
كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْطُبُ قَائِمًا وَيَجْلِسُ بَيْنَ خُطْبَتَيْنِ (رواه مسلم)
Artinya
: " Adalah Rasulullah saw, berkhotbah dengan berdiri dan beliau duduk antara dua
khotbah". (HR. Muslim)
e
Suara
khotib harus dapat didengar jamaah.
f
Khotib
harus suci dari hadats dan najis.
g Khotib harus menutup aurotnya.
h Tertib.
Rukun Khotbah
Rukun
khotbah ialah suatu hal yang harus dikerjakan ketika melaksanakan
khotbah jum'at. Adapun rukun dua khotbah adalah sebagai berikut :
a Membaca puji-pujian
(hamdalah).
b Membaca syahadatain.
c Membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad saw.
d Berwasiat tentang
taqwa.
e Membaca ayat Al-Qur'an
dalam salah satu khotbah.
f Mendoakan kaum
muslimin pada khotbah kedua.
Sunat Khotbah
Sunat
khotbah yaitu suatu hal yang sebaiknya dilaksanakan dalam khotbah jum'at.
Adapun
sunat khotbah adalah :
a
Khotbah
disampaikan diatas tempat yang lebih tinggi.
b Khotib
menyampaikan khotbah dengan kalimat yang jelas, sistematis dan tidak terlalu
panjang. Rasulullah saw, bersabda :
كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَطِيْلُ الصَّلاَةَ وَيَقْصُرُ الْخُطْبَةَ (رواه النساء)
Artinya:
"Rasulullah saw; memanjangkan sholatnya dan memendekkan khotbah-nya".
(HR.Nasa'i)
c Khotib hendaklah menghadap kearah
jama'ah.
d Khotib hendaklah memberi salam pada awal
khotbah.
e
Khotib
duduk sebentar sesudah memberi salam.
f
Khotib
membaca surat Al-Ikhlas ketika duduk antara dua khotbah.
g
Khotib
menertibkan tiga rukun khotbah yaitu, puji-pujian, sholawat Nabi saw, dan
wasiat taqwa’.
h
Jama'ah
hendaklah memperhatikan khotbah. Rasulullah saw, bersabda :
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَتِ أَنْصِتْ
وَاْلإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتِ (رواه البخارى و مسلم)
Artinya : " Jika kamu berkata pada temanmu: diam,
di hari jum'at ketika imam sedang khotbah, maka jum'at kamu sia-sia". (HR. Bukhori dan Muslim )
Praktik Berkhotbah
Dalam praktek berkhotbah hendaklah diperhatikan syarat
dan rukun khotbah. Kemudian
perhatikan urutan-urutan sebagai berikut :
Khotbah pertama.
Ä Khotib berdiri memberi salam.
Ä Khotib duduk mendengar adzan.
Ä Khotib berdiri kemudian
membaca hamdalah seperti :
أَلْحَمْدُ
ِللهِ الَّذِى أَنْعَمَنَا بِاْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ
Ä Membaca dua kalimat
syahadat seperti :
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
Ä Membaca sholawat Nabi
saw ; seperti contoh :
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ä Memberi wasiat tentang taqwa : إِتَّقُ اللهَ
Ä Pada waktu memberi wasiat hendaklah
dengan mengutip ayat Al-Qur'an.
Ä Penutup khotbah pertama dengan membaca :
أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ
اللهُ لِى وَلَكُمْ
Ä Khotbah kedua.
Ä
Setelah selesai
khotbah pertama, khotib duduk sebentar,
kemudian berdiri lagi lalu membaca hamdalah, syahadatain, shalawat kepada Nabi
Muhammad saw, wasiat taqwa lalu mendoakan kaum muslimin.
أَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
أَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
Ä Kemudian di tutup dengan bacaan : عِبَادَ اللهِ
إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَائِ ذِى اْلقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ
اَكْبَرُ
Fungsi Khotbah
Fungsi
khotbah jum'at antara lain: Untuk mengingatkan kaum muslimin agar meningkatkan iman dan taqwa, meningkatkan
amal sholeh, memperbaiki akhlaq, dorongan menuntut ilmu, mempererat ukhuwah islamiyah dan lain-lainnya.
B. TABLIGH
Tabligh berasal dari kata ballagha,
yuballighu tablighon yang berarti menyampaikan. Menurut istilah tabligh
adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia untuk dijadikan
pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akherat. Di dalam tabligh, yang
menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi tentang agama Islam
bisa sampai kepada objek dakwah. Tapi tidak ada tuntutan lebih jauh untuk
mendalami suatu masalah itu
Tabligh adalah da’wah Islamiyah
dalam bentuk khusus (lisan dan tulisan) untuk menyampaikan ajaran Islam kepada
orang lain. Pelaksananya dinamakan muballigh/ muballighat. nAllah berfirman :
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang
menyapaikan risalah-risalah Allah[1222], mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada
merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai pembuat perhitungan”. (Al-Ahzab : 39)
C. DAKWAH
Kata da’wah merupakan masdar (kata
dasar) dari kata kerja da’aa yad’uu yang berarti seruan, panggilan, ajakan.
Menurut istilah dakwah ialah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak
dan memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah swt, sesuai
dengan ajaran aqidah (keyakinan), syari’ah (hukum) dan akhlak Islam.
Rasulullah
saw; bersabda :
عَنْ
عَبْدِ اللهِ ابْنِ عَمْرٍ وَاَنَّ النَِبيَّ صِلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَلِّغُوْا عَنِّى وَلَوْ أَيَةً (رواه البخارى)
Artinya : ”Dari Abdullah ibn Amr sesungguhnya Nabi saw bersabda”:
”Sampaikanlah olehmu apa yang kalian peroleh dari aku walaupun hanya satu
ayat". (HR. Bukhori )
Rasulullah saw melakukan da’wah
menurut prinsip yang telah digariskan Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut
:
Artinya :” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.( An-Nahl
: 125)
Adapun
metode berdakwah menurut Q.S. An-Nahl : 125 adalah dengan cara :
Ø Bilhikmah (kebijaksanaan) artinya dengan cara
yang jelas dan tegas sehingga dapat membedakan antara yang haq dan yang
bathil. Penyampaian dakwah ini terlebih dahulu harus mengetahui tujuannya dan
mengenal secara benar terhadap orang atau kelompok yang menjadi sasarannya.
Ø Mauidhah hasanah artinya berdakwah dengan nasehat
yang baik maksudnya dengan menyenangkan
hati, tidak menyakitkan dan tidak memaksakan tetapi dengan cara persuasif yaitu
memberikan kesempatan kepada orang untuk berfikir dan menentukan sendiri.
Ø Mujadalah (diskusi) ialah
berdakwah dengan saling tukar fikiran dan informasi. Cara ini biasanya
dilakukan kepada orang yang mempunyai
kemampuan berfikir logis dan kritis.
Berdakwah atau
menyeru orang (kelompok orang) agar meyakini ajaran Islam dan mengamalkan
ajarannya merupakan tugas suci kita semua sebagaimana perintah nabi Muhammad
saw, dalam kandungan hadits di atas. Dakwah bisa dilakukan dengan lisan,
tulisan dan perbuatan sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw
pada masa hidupnya.
Setiap muslim
hendaklah menyadari bahwa berdakwah adalah merupakan suatu kewajiban, sedang
berhasil atau tidaknya Allahlah yang menentukan (Lihat Q.S. At-Taubah : 56).
RANGKUMAN
Dari hal-hal yang telah diuraikan
terdahulu, dapat kita analisa bahwa khothbah, tabligh dan dakwah hampir sama,
namun ada perbedaan diantara ketiganya. Yang paling tinggi dan paling luas
cakupannya adalah dakwah. Di dalam dakwah ada beberapa jenjang aktifitas. Salah
satunya adalah tabligh. Jadi tabligh itu bagian dari dakwah, tetapi dakwah
bukan hanya semata-mata tabligh. Tabligh sendiri berarti menyampaikan. Di dalam
tabligh, yang menjadi inti masalah adalah bagaimana agar sebuah informasi
tentang agama Islam bisa sampai kepada objek dakwah.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
KHUTHBAH
|
TABLIGH
|
DAKWAH
|
1.
Dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
2.
Ada syarat dan rukun.
3.
Ada mimbar khusus untuk melaksanakannya.
4.
Waktunya terbatas
5.
Dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan berorasi
dan memiliki pengetahuan yang cukup
6.
Orang yang melaksanakan disebut khatib.
7.
Dilakukan secara khusus dan memiliki tata cara tertentu.
|
1.
Dapat dilakukan kapan saja
2.
Tidak ada syarat dan rukun
3.
Ada yang meggunakan mimbar dan ada yang tidak, tergantung
tempat pelaksanaannya
4.
Ada yang tidak terbatas dan ada yang dibatasi waktunya
5.
Bisa dilakukan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan
berorasi dan pengetahuan agama
6.
Orang yang melaksanakan disebut mubaligh/mubalighot
7.
Dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti seminar atau
menggunakan tehnologi
1.
|
1.
Dapat dilakukan kapan saja.
2.
Tidak ada syarat dan rukun
3.
Tidak perlu ada mimbar khusus dalam pelaksanannya
4.
Tidak dibatasi waktu
5.
Boleh dilakukan siapa saja, karena setiap muslim wajib,
mempelari, mengamalkan dan mendakwahkan Islam.
6.
Orang yang melaksana-kannya disebut dengan da’i.
7.
Dapat dilakukan tanpa melalui acara formal karena dapat
dilakukan kapan dan dimana saja.
|
Kematian pasti menjemputmu
Kematian
Orang Beriman
Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda:
“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)
Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah ta’aala:
Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda:
“Banyak-banyaklah mengingat penghapus kenikmatan, yakni kematian.” (HR Tirmidzi 2229)
Sedangkan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: “Bila manusia meninggal dunia, maka pada saat itulah ia bangun dari tidurnya.” Subhanallah...! Berarti beliau ingin mengatakan bahwa manusia yang menemui ajalnya adalah manusia yang justru baru mulai menjalani kehidupan sebenarnya, sedangkan kita yang masih hidup di dunia ini justru masih ”belum bangun”. Sungguh, ucapan ini sangat sejalan dengan firman Allah ta’aala:
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ
الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”
(QS Al-Ankabut 64)
Pantas bilamana Ali radhiyallahu ’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia. Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya
Pantas bilamana Ali radhiyallahu ’anhu pula yang berkata: “Dunia pergi menjauh dan akhirat datang mendekat. Karena itu, jadilah kalian anak-anak akhirat, jangan menjadi budak-budak dunia. Sekarang waktunya beramal, dan tidak ada penghisaban. Sedangkan besok waktunya
penghisaban, tidak ada amal.”
Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886)
Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya. Jadi, siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.”
Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu. Ia ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: ”Siapakah yang telah menikamku?”
”Kau ditikam oleh Abu Lu’luah Al-Majusi.”
Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali.” Umar-pun mati syahid.
Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu beliau berdoa:
“Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku.” (HR Bukhary-Muslim)
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:
”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.”
Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada seorangpun yang tidak bakal merasakan kepedihan sakratul maut.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185)
Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat memohon ampunan dan rahmat Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)
Seandainya kamu semua berada di rumahmu, pastilah orang-orang yang telah ditetapkan untuk mati keluar ke tempat mereka terbunuh (QS Ali Imran 3; 154)
Kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian.
Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya.
Bahkan, kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut. Kematianlah yang membuat seluruh kenikmatan dan kebahagiaan terputuskan yang kemudian diganti oleh penderitaan dalam kehidupan dunia.
Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang mencintai terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda yang begitu dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta benda yang diklaim adalah miliknya sendiri.
Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan kalian hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)
Bagaimanakah kematian orang beriman? Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
“Orang beriman meninggal dengan kening penuh keringat.” (HR Ahmad 21886)
Penulis produktif Aidh Al-Qarni menulis: ”Saya menyeru setiap orang tua agar mengingat kematian. Sadar bahwa dirinya sudah mendekat maut serta tidak mungkin bisa lari darinya. Jadi, siapkan diri untuk menemui Allah. Karena itu, sudah sepantasnya ia menjauhi akhir kehidupan yang jelek dan memperbanyak amal kebaikan sehingga dapat berjumpa dengan Allah ta’aala dalam keadaan diridhai.”
Ambillah keteladanan dari kematian Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu. Ia ditikam oleh Abu Lu’luah saat sedang mengimami sholat subuh. Umarpun jatuh tersungkur bersimbah darah. Dalam keadaan seperti itu ia tidak ingat isteri, anak, harta, keluarga, sanak saudara atau kekuasaannya. Yang ia ingat hanyalah ”Laa ilaha illallah Muhammad rasulullah, hasbiyallah wa ni’mal wakil.” Setelah itu ia bertanya kepada sahabatnya: ”Siapakah yang telah menikamku?”
”Kau ditikam oleh Abu Lu’luah Al-Majusi.”
Umar radhiyallahu ’anhu lalu berkata: ”Segala puji bagi Allah ta’aala yang membuatku terbunuh di tangan orang yang tidak pernah bersujud kepada-Nya walau hanya sekali.” Umar-pun mati syahid.
Ketika Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menghadapi sakaratul maut beliau mengambil secarik kain dan menaruhnya di wajah beliau karena parahnya kondisi yang beliau hadapi. Lalu beliau berdoa:
“Laa ilaha illallah… Laa ilaha illallah… Laa ilaha illalla. Sungguh kematian itu sangat pedih. Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut. Ya Allah, ringankanlah sakratul maut itu buatku.” (HR Bukhary-Muslim)
Aisyah radhiyallahu ’anha menuturkan: “Demi Allah, beliau mencelupkan kain itu ke air lalu meletakkannya di atas wajah beliau seraya berdoa:
”Ya Allah, bantulah aku menghadapi sakratul maut.”
Saudaraku, marilah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Kematian yang sungguh mengandung kepedihan bagi setiap manusia yang mengalaminya. Hingga kekasih Allah ta’aala saja, yakni Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam berdoa agar Allah ta’aala ringankan bagi dirinya sakaratul maut. Tidak ada seorangpun yang tidak bakal merasakan kepedihan sakratul maut.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran 185)
Marilah saudaraku, kita mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan segera bertaubat memohon ampunan dan rahmat Allah ta’aala sebelum terlambat. Sebab begitulah kematian orang kafir. Suatu bentuk kematian yang diwarnai penyesalan yang sungguh terlambat.
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (dinding) sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun 99-100)
Seandainya kamu semua berada di rumahmu, pastilah orang-orang yang telah ditetapkan untuk mati keluar ke tempat mereka terbunuh (QS Ali Imran 3; 154)
Kematian itu milik semua makhluk Allah, manusia, hewan, tumbuhan termasuk bangsa malaikat dan setan semuanya akan merasakan apa yang namanya kematian.
Kematian adalah sebuah tahapan dari kehidupan yang kejadiannya bersifat pasti. Ia akan datang menjemput tanpa dapat dihindari. Kehadirannya sering menimbulkan ketakutan pada awalnya dan senantiasa melahirkan kesedihan pada akhirnya.
Bahkan, kesedihan yang berkepanjangan dan berlarut-larut. Kematianlah yang membuat seluruh kenikmatan dan kebahagiaan terputuskan yang kemudian diganti oleh penderitaan dalam kehidupan dunia.
Kematian pula yang membuat hubungan antara orang-orang yang dicintai dan yang mencintai terpisahkan. Karena kematian, seseorang harus meninggalkan harta benda yang begitu dicintai, begitu dibanggakan dan begitu diagungkan dan sejumlah harta benda yang diklaim adalah miliknya sendiri.
Alhaakumut takaatsuru hattaa zurtumul maqabir; bermegah-megahan telah melalaikan kalian hingga kalian sampai di alam kubur ( Q.S. At-Takatsur, 102:1-2)
Download Makalah Khutbah, Tabligh dan Dakwah
0 Komentar untuk "Khutbah, Tabligh dan Dakwah"