Blog Dunia Pendidikan

CONTOH MAKALAH Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah



A.      Pengukuran Perkembangan Bahasa (RPU)
Dari 100 ujaran yang diucapkan oleh siswa sekolah dasar kelas dua yang bernama Maulana Anjas Asmara, dapat dihitung sebagai berikut:
a.         Jumlah kata dari 100 ujaran: 241 kata.
b.         RPU = Jumlah kata dari 100 ujaran
100
= 241 kata
100
= 2,41
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, indeks MLU (Mean Length of Utterances) anak adalah 2,41.
B.       Kemampuan Membedakan Fonem
Dari hasil observasi membedakan fonem, anak tidak dapat menjawab semua soal yang diberikan. Dari 50 deret morfologis anak hanya dapat membedakan 48 deret morfologis. Anak tidak bisa membedakan kata pantai dengan santai dan kata batuk dengan batak. Anak tidak bisa membedakan kata-kata tersebut karena anak kurang berkonsentrasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru kelasnya, bahwa anak sering kurang berkonsentrasi pada saat belajar di kelas.
C.      Kemampuan Memahami (Komprehensi) Cerita
Pada tes kemampuan memahami (komprehensi) cerita, peneliti membacakan sebuah cerita yang berjudul “Akibat Tak Mau Menolong”. Peneliti membacakan terlebih dahulu cerita dan anak menyimaknya. Setelah selesai anak diberi beberapa pertanyaan dan harus menceritakan kembali. Anak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang peneliti tanyakan. Sedangkan pada saat anak disuruh menceritakan kembali anak tidak mau dan tidak bisa menceritakan kembali cerita.


D.      Kemampuan Berkomunikasi
Pada tes ini, Anjas dipertemukan dengan seorang anak yang bernama Fahmy Sukma Jatnika. Mereka diberikan lima buah benda yang sama yaitu: botol, buku, jam tangan, pulpen, dan bola. Kemudian mereka mendeskripsikan benda tersebut.
E.       Kemampuan Menguasai Perbendaharaan Kata
Pada tes ini, peneliti yang menunjukkan gambar dan anak yang menyebutkan nama gambar. Berdasarkan hasil tes anak tidak bisa menjawab 100 soal yang diberikan. Anak keliru dalam menyebutkan 3 nama gambar. Gambar tersebut yaitu: tempat pensil menjadi tas, mangkuk menjadi gelas, dan pantai menjadi sawah.
F.       Pembahasan
Ada beberapa tes yang dilakukan untuk mengukur perkembangan bahasa anak terutama pada anak sekolah dasar di kelas rendah. Beberapa tes tersebut antara lain, sebagai berikut:
1.      Pengukuran Perkembangan Bahasa (RPU)
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa diperlukan seseorang sejak bayi. Menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tatat dkk., 2006), tahapan-tahapan perkembangan bahasa anak terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap meraban (pralinguistik) pertama, tahap meraban (pralinguistik) kedua: kata nonsense, tahap linguistik I: holofrastik/ kalimat satu kata, tahap linguistik II: kalimat dua kata, tahap linguistik III: pengembangan tata bahasa, tahap linguistik IV: tata bahasa pra-dewasa, dan tahap linguistik V: kompetensi penuh.
Menurut Ali Rahman (2013), perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang, bahasa yang digunakannya sangat sederhana. Semakin bayi tumbuh dan berkembang serta memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari yang sangat sederhana menuju bahasa yang lebih kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa antara lain: umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi keluarga dan kondisi fisik anak.
Pada tes pengukuran perkembangan bahasa anak, peneliti menghitung jumlah kata dari 100 ujaran. Kemudian menghitung rerata panjang ujaran dengan rumus:
RPU = Jumlah kata dari 100 ujaran
100
= 241 kata
100
= 2,41
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, indeks MLU (Mean Length of Utterances) anak adalah 2,41. Sehingga berada pada tahap kedua.
2.      Kemampuan Membedakan Fonem
Fonem merupakan satuan bunyi bahasa terkecil yang dapat membedakan arti. Ilmu yang mempelajari tentang fonem disebut folemik. Fonemik merupakan bagian dari fonologi. Fonologi ini khusus mempelajari bunyi bahasa. Untuk mengetahui suatu fonem harus diperlukan pasangan minimal.
Pada tes membedakan fonem, peneliti menyediakan 50 deret morfologis. Berdasarkan hasil observasi, anak tidak dapat menjawab semua soal yang diberikan. Anak hanya dapat menjawab dengan benar 48 deret morfologis. Anak tidak bisa membedakan kata pantai dengan santai dan kata batuk dengan batak. Anak tidak bisa membedakan kata-kata tersebut karena anak kurang berkonsentrasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan guru kelasnya, bahwa anak sering kurang berkonsentrasi pada saat belajar di kelas.
3.      Kemampuan Memahami (Komprehensi) Cerita
Pada kemampuan memahami cerita, tidak terlepas dari aspek mendengarkan dan menyimak. Menurut Burhan (1971), mendengarkan merupakan suatu proses menangkap, memahami, dan mengingat dengan sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan oleh orang lain kepadanya. Sedangkan menyimak sebagai proses kegiatan mendengar lambang-lambang lisan dengan penuh pengertian, pemahaman, dan apresiasi serta informasi, menangkap isi dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pada tes kemampuan memahami (komprehensi) cerita, peneliti membacakan sebuah cerita yang berjudul “Akibat Tak Mau Menolong”. Peneliti membacakan terlebih dahulu cerita dan anak menyimaknya. Setelah selesai anak diberi beberapa pertanyaan dan harus menceritakan kembali. Anak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang peneliti tanyakan, diantaranya:
a.    Apa judul cerita yang dibacakan?
Jawaban: Akibat tak mau menolong.
b.    Siapa saja tokoh dalam cerita tersebut?
Jawaban: Koki dan Keke.
c.    Mau pergi ke mana koki dan keke?
Jawaban: Ke pantai gembira.
d.   Siapa yang tidak mau menolong pada cerita tersebut?
Jawaban: Keke
Sedangkan pada saat anak disuruh menceritakan kembali anak tidak mau dan tidak bisa menceritakan kembali cerita.
4.      Kemampuan Berkomunikasi
Komunikasi adalah suatu cara dimana seseorang salaing bertukar kata, gagasan dan perasaan. Dengan berkomunikasi ini akan membantu seseorang untuk berhubungan dengan orang lain.
Pada tes kemampuan berkomunikasi, anak dipertemukan dengan:
Nama                                   : Fahmy Sukma Jatnika
TTL                           : Banjar, 08 Desember 2006
Jenis Kelamin            : Laki-laki
Alamat                      : Dusun Muktisari RT 01/ RW 01 Desa Bantarsari
Kec. Pamarican Kab. Ciamis
Hobi                          : Bermain sepak bola
B1                             : Bahasa Sunda
B2                             : Bahasa Indonesia
Setelah dipertemukan, anak mulai berkomunikasi. Anak yang bernama Fahmy terlihat lebih aktif mendeskripsikan benda-benda yang ada dihadapannya. Sedangkan Anjas lebih bersikap pasif dan tidak terlalu banyak berbicara. Fahmy dengan semangat mengambil bola. Kemudian berkata ini bola warnanya hitam dan putih, bentuknya bulat. Sedangkan Anjas hanya berbicara ketika ditanya dan baru menyebutkan bahwa benda tersebut bola, bentuknya bulat, berwarna hitam dan putih.
5.      Kemampuan Menguasai Perbendaharaan Kata
Pada tes kemempuan pembendaharaan kata, peneliti menyediakan 100 gambar. Peneliti boleh yang menunjukkan gambar dan anak yang menyebutkan nama gambar tersebut. Bisa juga sebaliknya yaitu peneliti yang menyebutkan nama gambar dan anak yang menunjukkan gambar.
Pada tes ini, peneliti yang menunjukkan gambar dan anak yang menyebutkan nama gambar. Berdasarkan hasil tes anak tidak bisa menjawab 100 soal yang diberikan. Anak keliru dalam menyebutkan 3 nama gambar. Gambar tersebut yaitu: tempat pensil menjadi tas, mangkuk menjadi gelas, dan pantai menjadi sawah.
Tes yang dilakukan untuk mengukur perkembangan bahasa anak ini, memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1.      Untuk mendiagnosa anak-anak yang diduga mempunyai kesukaran pada satu atau beberapa aspek perkembangan bahasanya.
2.      Untuk mengevaluasi kemajuan anak selama terapi dalam kesukaran atau persoalan bahasa.
3.      Untuk mengeksplorasi/meneliti perkembangan/kemajuan bahasa anak.
Tag : MAKALAH
Iklan 655 x 60
0 Komentar untuk "CONTOH MAKALAH Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah"

Back To Top