Kesimpulan
Peranan
militer dan pemerintahan tidak berlangsung lama, dalam waktu yang relatif
singkat, kelompok militer politik telah melakukan konsolidasi, sehingga peranan
politiknya menjadi lebih besar dari masa sebelumnya. Dalam setahun terakhir,
beberapa langkah yang menguntungkan kelompok militer secara politis diambil.
Misalnya, pendirian Kodam Iskandar Muda di Aceh dan Kodam Pattimura di Ambon.
Selain itu jabatan-jabatan strategis kembali dipegang oleh militer, misalnya
Menteri Dalam Negeri dijabat Mayor Jederal (Purn. AD) Hari Sabarno dan
pencalonan kembali Mayor Jenderal (AD) Sutiyoso sebagai gubenur Jakarta.
Terdapat dua tataran strategis yang
tengah dijalankan oleh kelompok militer politik: Pertama, tataran formal, yaitu
usaha-usaha untuk memasukkan kepentingan politiknya melalui Undang-undang atau
peraturan formal. Misalnya, memasukkan hak memilih dan dipilih bagi anggota
TNI/ PolRi dalam RUU Pemilu. Proses pada tataran ini memanfaatkan anggota
militer yang berada dalam birokrasi dan parlemen, seperti mempengaruhi anggota
DPR untuk mengakomodasi kepentingan politik militer. Adapun strategi yang
dijalankan pada tataran ini adalah usaha-usaha untuk mempengaruhi publik
melalui media dan melakukan lobi-lobi dengan kekuatan politik yang ada di DPR.
Kedua, tataran non-formal adalah
usaha-usaha untuk “mendekati” kelompok tertentu atau figur-figur tertentu yang
secara politik mempunyai kekuasaan besar. Disebut non-formal karena pendekatan
yang digunakan tidak melalui jalur politik yang formal. Tetapi menggunakan
jaringan-jaringan tertentu, seperti pertemanan, jaringan bisnis, bahkan
jaringan kriminal. Dalam strategi ini, seringkali terjadi, “politik dagang
sapi” dengan antara kelompok kepentingan. Sebagai misal, pengangkatan beberapa
perwira pada jabatan-jabatan penting, pencalonan kembali gubenur Sutiyoso dan
penghentian penyelidikan kasus korupsi di berbagai yayasan Angkatan Darat. Jika
dilihat dari sudut pandang strategi politik, beberapa kebijakan yang diambil yang
berkaitan dengan kepentingan militer adalah serangkaian uji kasus untuk melihat
sejauh mana resistensi masyarakat terdapat peranan politik militer. Strategi
ini adalah cara untuk mengetahui peta politik nasional, terutama yang ada di
DPR maupun masyarakat. Dengan demikian, kelompok militer akan lebih mudah untuk
menjalankan strategi di mana militer harus bermain politik.Tujuan dari
strategi-strategi yang dijalankan oleh kelompok militer politik diatas, adalah
untuk mendapat akses kekuasaan politik yang lebih besar. Besarnya akses
kekuasaan politik bagi kelompok militer ini secara lebih jauh akan berpengaruh
pada besarnya akses ekonomi. Alokasi dana untuk militer yang dianggarkan oleh
pemerintah hanya mencukupi sekitar 30 % dari kebutuhan-kebutuhan militer secara
keseluruhan. Selebihnya, 70 % lainnya militer harus mencari sumber pendanaannya
sendiri. Dengan demikian semakin terbukannya akses informasi, maka militer
tidak dapat lagi memakai cara-cara lama seperti praktek korupsi, mark up,
backing bagi sindikat kriminal dan lain-lain, karena masyarakat akan mudah
untuk mengetahui akan dipertanyakan.
Tag :
MAKALAH
0 Komentar untuk "CONTOH MAKALAHA PERAN MILITER PADA MASA ORDE BARU DAN MASA REFORMASI KESIMPULAN"