Militer Pada Masa Reformasi
Setelah Soeharto turun dari jabatan presiden pada Mei 1998, telah terjadi
tiga kali pergantian presiden di Indonesia, yaitu Habibie (1998-1999),
Abdurahman Wahid (1999-2000) dan Megawati (2002-kini). Masa yang oleh sebagian
kalangan disebut masa reformasi ini “sempat” mendorong para militer TNI untuk
meninggalkan perannya di bidang politik. Menjelang 1998, tekanan yang luar
biasa dilakukan oleh mahasiswa dan rakyat telah menyebabkan TNI kehilangan
wibawa dan melemahkan bargaining position
militer di arena politik nasional. Tuntutan terhadap TNI untuk meninggalkan
arena politik tersebut nyaris saja terpenuhi. Namun, dorongan itu tidak terlalu
kuat, sehingga lambat laun peranan militer dalam bidang politik kembali
menguat.
Kembalinya militer dalam bidang politik dikarenakan kelompok sipil terlalu
lemah dan cenderung inferior di hadapan militer. Selain itu, kelompok sipil
cenderung menganggap dirinya paling benar dan paling berjasa atas turunya
Soeharto dan bergulirnya reformasi. Besarnya dukungan rakyat terhadap politisi
sipil di DPR untuk menghilangkan peran politik TNI ditanggapi setengah hati.
Hal tersebut nampat pada TAP MPR No. VII/2000 yang hanya memutuskan bahwa
anggota TNI masih diperkenankan duduk di parlemen hingga 2009. Adapun bunyi TAP
tersebut sebagai berikut:
Selain alasan tersebut diatas, ternyata TNI memang tidak menghendaki
perannya di bidang politik berakhir, “nyaris hilang”. Pada awal reformasi 1998,
kelompok militer politik nyaris kalah secara politik. Hal ini ditandai dengan
digusurnya beberapa perwira militer dari jabatan strategis. Misalnya, bupati,
gubenur, menteri pertahanan, dan jabatan-jabatan lain diusahakan untuk tidak
dijabat oleh militer lagi. Selain itu, nampak pula kedudukan TNI/Polri dalam
lembaga perwakilan rakyat juga mulai dibatasi.
Tag :
MAKALAH
0 Komentar untuk "CONTOH MAKALAHA PERAN MILITER PADA MASA ORDE BARU DAN MASA REFORMASI tentang Militer Pada Masa Reformasi"