BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hilangnya budaya tingwe pada kaum
remaja. Mungkin terdengar asing di telinga tetapi jika dicermati secara benar
memang budaya sesepuh kita maupun para leluhur kita akan rokok tingwe telah
memudar di antara kita. Dan kepada orang tua yang sudah mengenal budaya rokok
tingwe untuk mengenalkan budaya rokok tingwe kepada warga Indonesia yang sudah
cukup umur untuk mengenal rokok tingwe.
Tetapi sebagai pengganti dari
rokok tingwe itu maka terciptalah rokok kretek pabrikan, sebagai contoh : Dji
Sam Soe, Sampoerna Hijau, dll. Yang notabene masih merupakan tingwe, walaupun
bukan kita yang men-tingwe (men- ngliting dewe) namun tetap dapat di sebut
sebagai tingwe karena para buruhlah yang men-tingwekan di antara kita
Sebuah ironi memang di antara
kita, namun itu adalah sebuah kenyataan bahwa semakin berkembangnya zaman maka
kita juga harus mulai meninggalkan berbagai budaya – budaya yang lama dan
memperbaruinya atau setidaknya memodifikasikanya menjadi yang lebih baik lagi.
Agar kita menjadi orang – orang yang dapat di pandang sebagai orang yang
terpelajar
Dapat kita ketahui bahwa merokok
dengan cara tingwe telah dilakukan oleh para leluhur kita. Indonesia percaya
bahwa rokok kretek pertama kali di temukan pada abad 19 oleh Haji Djamhari yang
secara tidak sengaja mencampurkan cengkeh ke rokok, dan itu telah menimbulkan
rasa dan sensasi yang berbeda bagirokok tersebut. Dari cerita di atas dapat di
simpulkan bahwa pada abad ke 19 masyarakat Indonesia telah mengenal akan rokok
tingwe. Yang merupakan salah satu hal yang dapat mempersatukan masyarakat. Baik
yang kalangan ningrat maupun kalangan bawah, karena rokok dapat adalah salah
satu hal yang dapat mencairkan dan menetralkan suasana yang lagi kacau. Merokok
juga dapat menghilangkan kebosanan dan kejenuhan disaat lagi sendiri dan
menghilangkan stress atau depresi.
Demikian kami membuat makalah
untuk mengingatkan generasi penerus agar tidak menghilang budaya “ngelinting
dewe”. Dan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan budaya-budaya yang telah
dilakukan oleh para leluhur. Untuk generasi penerus jangan mudah terpengaruh
dengan rokok-rokok yang sudah banyak di jual, karena itu akan menyebabka
hilangnya budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur. Dan budaya yang
diwariskan oleh para leluhur bisa di ambil oleh bangsa lain, karena melemahnya
kepada genarasi untuk melestarikan budaya “ngelinting dewe” di awal abab 21
ini.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di
paparkan dalam latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penulisan
ini adalah :
1. Bagaimana budaya rokok tingwe bisa hilang ?
2. Bagaimana Cara Membuat Rokok Tingwe?
C.
Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas,
maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Menjelaskan mengapa budaya rokok tingwe bisa hilang.
2.
Menjelaskan
Cara Membuat Rokok Tingwe.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hilangnya Budaya Rokok Tingwe
Tingwe artinya nglinting
dhewe,ini bahasa Jawa artinya melinting sendiri. Jadi rokok tingwe adalah rokok yang dibuat dengan
cara melinting sendiri (melinting= menggulung dalam bentuk kecil). Kegiatan
membuiat rokok tingwe sudah ada sejak jaman bahuelak. Bahkan cerita Roro Jongrang juga sebagai gadis
yang membuat rokok tingwe. Kayaknya jaman-jaman awal berdirinya kerajaan di Jawa kegiatan ini
sudah ada.
Kebiasaan ini terus berkembang
dari generasi ke generasi,sampai saat ini. Saat saya kecil sekitar tahun
60-70-an pun di rumah-rumah di Jawa seseorang yang ingin merokok ya membuat
sendiri alias tingwe. Makanya di rumah-ramah masyarakat,tersedia seperangkat
tembakau,kertas,cengkeh,korek api di atas meja-tamu mereka.
Kegiatan tingwe ini asyik
sekali,dari proses ber-tingwe saja sudah nampak asyiknya.Saat tangan mulai
memilih tembakau ,meletakkan di selembar kertas,lalu menaburi
cengkeh,melintingnya dan mengelem dengan
pinggiran bibir,selesai.lalu nyalahkan api.
Bagi orang yang terbiasa
bertingwe kegiatan ini
benar-benar asyik,unik dan berseni. Tidak semua perokok bisa membuat tingwe. Apalagi yang belum kenal sama
sekali,pasti menganggap tingwe aneh,ndeso,ribet.
Seperti
yang kita ketahui semua, bahwa rokok pertama ditemukan pertama kali oleh bangsa
Indian. Yang merokok demi keperluan spiritual, namun itu hanya untuk keperluan
spiritual. Kemudian bangsa Eropa membawa menuju dunia yang lebih maju dan
beradab, yang kemudian di susul oleh bangsa-bangsa islam.Pada tahun tahun awal
tersebut rokok terkenal akan cara menghisap yang menggunakan pipa, biasanya
pipa tersebut menggunakan gading maupun tanduk. Tetapi jika kita sekarang,
khususnya anak muda merokok menggunakan pipa
ataupun
melinting sendiri (tingwe) menganggap itu kuno dan tidak mengikuti fashion
maupun perkembangan zaman yang semakin maju ini.
Pada
dasarnya rokok yang kita hisap sekarang terdiri berawal dari rokok cerutu, yang
cara pembuatanya dari daun tembakau yang masih berupa lembaran lalu di
gulung-gulung menyerupai pipa.
Pada
abad ke 19 merokok dengan menggunakan kertas (sigarete) masih tergolong langka
apalagi berada di tanah jawa yang notabene masih merupak daerah kerajaan,
kesultanan, dan masih berupa berbagai jajahan. sebab pada masa-masa kolonial
keberadaan kertas pada masa ini masih sangatlah jarang. sering kali tidak ada.
Sehingga sering kali kertas digantikan oleh kulit jagung atau juga di sebut
juga dengan rokok klobot
Tetapi
jika kita berurusan akan merokok menggunakan klobot
(pembungkusnya merupakan daun jagung), kawung
(pembungkusnya merupakan daun aren). Kita sudah mulai mengenal akan rokok pada abad
ke 17. Dengan diceritakanya Rara Mendut ( baca; Roro Mendut). Yang diceritakan
pada buku Babad Tanah Jawi yaitu
diceritakan bahwa dia menjual rokok yang telah dihisapnya dengan harga mahal.
kemahalan akan rokok ini tergantung pada panjang atau tidak otis (bekas rokok).
Jadi
bisa diperkirakan bahwa pada abad ke 17 kita sudah mengenal akan rokok tingwe
di masyarakat kita. Kurang lebih sekitar 2 abad sebelum akhirnya budaya itu
memudar dengan semakin berkembangnya berbagai perusahaan rokok di seantero
Nusantara. Yang semakin lama keberadaan rokok tingwe semaking menghilang dengak di gantikan oleh rokok kretek
yang menggunakan system SKT . SKT (Sigaret Kretek Tangan) yaitu adalah rokok
yang cara membuatnya di linting ataupun dengan digiling pada pabrik pabrik
besar maupun industri rumahan.
Industri
rokok diperkirakan berkembang pada 1870 sampai 1880-an. Rokok dengan menggunkan
klobot adalah salah satu rokok yang terkenal pada tahun tahun tersebut. Pada
zaman penjajahan Jepang beberapa yang terkenal adalah Kooa dan Mizuho. Ini
adalah beberapa perusahaan yang mengawali perjalanan rokok pada negara kita.
Dan banyak perusahaan rokok yang menjamur di Indonesia khususnya Jawa, sebab
Jawa pada masa ini merupakan pusat kekuatan sehingga perkembangan akan industri
rokok berkembang luas. Sebab perusahaan rokok pada masa ini masih menggunakan
system buruh yang memerlukan banyak orang unntuk menjalankan pabrik.
Selanjutnya
Indonesia memasuki zaman rokok filter kretek. pada zaman ini banyak kaum muda
Indonesia maupun tua bahkan kaum hawa saat itu mulai beralih pada rokok yang
tergolong mutakhir ini. Berkadar nikotin dan tar rendah, yang dapat memberikan
cita rasa yang sama, tanpa mengurangi keinginan para perokok. Banyak dari para
perokok yang menginginkan akan rokoknya yang memiliki rasa manis, memounyai
asap banyak, maupun berkadar tar atau nikotin rendah dan tidak berasa serik di
tenggorokan.
Rokok tingwe, rokok kegemaran masyarakat di pedesaan. Rokok tingwe, yang
merupakan singkatan dari rokok melinting dewe, atau melinting sendiri, bagi
masyarakat di pedesaan di Jawa, merupakan santapan setiap pagi, bersama
secangkir kopi pahit.
Tetapi
dari pemilihan rokok terlihat akan watak bangsa Indonesia yang mulai memilih
berbagai hal yang instan. Dalam hal rokok yang instan kita adalah tinggal
membuka bungkusnya, ambil, nyalakan, lalu tinggal sedot. Berbeda akan zaman
dahulu ketika seseorang harus menakar banyaknya tembakau untuk sebuah rokok. Jika
kita melihat ini adalah merupakan serangan globalisasi akan apa yang disebut
sifat materialism dan efek dari sebuah era globalisasi yang tidak dapat kita
bendung lagi. Sehingga dapat disimmpulkan bahwa masyarakat sekarang ini
menginginkan akan kepraktisan dan rasa kebanggan. Sebab pada sebuah rokok dapat
kita lihat akan nilai dari kekayaan atau kemampuan keuangan dari seseorang dari
rokok yang di hisapnya, sebagai contoh: seseorang yang merokok Dji Sam Soe akan
di pandang lebih tinggi seleranya dan kemampuan keunganya dari seseorang yang
merokok Sampoerna Pas. Selain itu jika kita melihat seorang teman atau kerabat
kita merokok rokok merk Kopi Dangdut yang 1 pack seharga Rp 3500 dan Marlboro
seharga Rp 13.000, bagaimanakah pendapat anda mengenai sesorang tersebut yang
lebih suka merokok rokok yang berharga daripada yang harganya murah. Walaupun dia memiliki HP Blackberry dia
akan dianggap tidak memiliki uang karena hanya membeli rokok yang berharga
murah dan tidak tentu rasa dan kualitasnya. Berbeda dengan seseorang yang
merokok Marlboro, walaupun dia hanya memiliki HP yang biasa, dia masih dianggap
memiliki cita rasa akan rokok yang enak dan berkualitas tinggi.
Itu
adalah salah satu bentuk budaya materialistis dan efek globalisasi di antara
kaum muda yang mulai berkembang di antar kita. Sebuah kasus nyata di antar kita
semua yang memang membuat kita heran namun merupakan kasus nyata.
B.
Bahan-Bahan dan Cara Membuat Rokok
Tingwe
Bahan
– bahan rokok tingwe sebagai berikut
: tembakau Tis
(tembakau yang sudah dicampur dengan berbagai rasa rokok yang sudah
populer),kertas rokok, cengkeh,saos rokok,lem kertas. Bahan – bahan rokok tingwe sangat mudah didapat dan
diperoleh oleh semua kalangan masyarakat. dikarenakan bahan – bahan banyak dan
mudah dicari oleh karena itu rokok tingwe mudah didapat dan diperoleh oleh
kalangan masyarakat apapun. Khususnya di daerah jawa bahan – bahan rokok tingwe
sangat mudah didapat dikarenakan daerah pulau jawa pabrik terbesar di
Indonesia.
Kertas rokok yang tersedia pun beraneka rupa. Semua mirip-mirip dengan
merk terkenal. Cuman merk-nya diplesetkan; Ada 23A,B mild,Suryo Kampoes, Gudang
Ganam, Gudang Rakyat,Malioboro. Kertas ini ada yang berasa manis ada yang tidak
manis (hambar). Selain kertas juga ada filter, Filter khusus rokok disewdiakan
untuk ukuran rokok mild dan rokok standard. Warnanya ada yang putih bersih ada
yang kuning kecoklatan.
Tidak lupa juga saos rokok. Sama seperti saos-untuk berbagai makanan,
rokok pun juga ada saosnya. Saos ini memberi sensasi aroma, Ada aroma seperti
buah nangkah, pisang ambon, nanas. Kalau diperhatiin aromanya jadi mirip mirip
dengan merk-merk tertentu.
Cengkeh disebut juga bumbu rokok,fungsinya menambah rasa gurih pada
rokok kretek. Karena cengkeh berasal dari berbagai jenis makan rasa cengkeh pun
bermacam macam, ada yang pedar,pedas, gurih,dsb. Perpaduan cengkeh yang pas
menambah rasa nikmat rokok yang dihasilkan,Tentu saja cengkeh asli berasa lebih
enak dan nyaman di tenggorokan. Perpaduan saos,tembakau dan cengkeh inilah yang
diyakini mampu menciptakan produk rokok mencengangkan. Para peracik tingwe
dalam tempo tidak lama sudah jadi ahli meramu rokok.
Awalnya,
menempelkan kertas rokok warna putih. Di atas kertas itu kemudian diberi adonan
tembakau serta campuran cengkeh sedikit.
Setelah
adonan siap, tuas langsung ditekan kuat. Meloncatlah rokok hasil produksi
sendiri yang siap dinikmati. Supaya rapi, kedua ujung rokok linting itu
digunting.
Warga
biasanya memproduksi rokok dengan warna putih dan coklat. Rokok coklat sangat
laku karena aroma dan adonan tembakau
yang dicampur tembakau.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rokok tingwe adalah rokok nglinting dhewe,ini bahasa Jawa artinya
melinting sendiri. Jadi rokok tingwe adalah rokok yang dibuat dengan
cara melinting sendiri (melinting= menggulung dalam bentuk kecil).
Tetapi sayangnya budaya ini semakin lama mulai menghilang dari kehidupan
masyarakat. Hal ini disebabkan oleh budaya materialistis dan efek globalisasi
di antara kaum muda yang mulai berkembang di antara kita.
Cara untuk membuat rokok tingwe tidak susah, kita hanya butuh
tembakau, cengkeh, kertas rokok dan lem.
Pertama kita letakkan kertas rokok di atas alat melinting, kemudian diberi
adonan tembakau dan sedikit cengkeh, setelah itu kita beri lem ada kertasnya
untuk merekatkan, lalu dilinting dan digunting ujung-ujungnya agar terlihat
rapi.
B.
Saran
Kita patut bangga dengan budaya tingwe,
karena budaya tersebut merupakan budaya dari nenek moyang kita. Meskipun jaman sudah semakin
modern dan rokok juga sudah semakin banyak variasinya,
kita tidak boleh melupakan budaya masa lalu kita. Setidaknya kita lebih
memberikan perhatian kepada orang-orang yang masih mempertahankan budaya
tersebut. Untuk melestarikan rokok tingwe
dimalang kepada masyarakat diharapkan :
1.
Memberikan
penyuluhan kepada pecandu rokok untuk lebih menghargai budaya yang diwariskan
oleh nenek moyang.
2.
Mengadakan
pameran rokok tingwe, agar lebih di kenal oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Schoorl,
J. W. 1980. Modernisasi.. Jakarta : Gramedia
Adeney,
Bernard T. 1995. Etika Sosial danLlintas
Budaya. Yogyakarta : Kanisius
Soemardjan,
Selo. 1988. Masyarakat dn Kebudayaan. Jakarta
: Djambatan
Tim
Penulis. 1980. Antropologi Budaya. Bandun
: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Aguspramono.
2011. Jual Bahan Tingwe. (online). (file:///C:/Documents%20and%20Settings/Toshiba%20NB200/Desktop/rokok/rokok%20tingwe.htm)
di Akses Tanggal 1 November 2012.
Tag :
Makalah Antropologi
0 Komentar untuk "CONTOH MAKALAH ANTROPOLOGI HILANGNYA BUDAYA ROKOK “LINTING DEWE” MEMASUKI ABAD 21 PADA DAERAH MALANG "