BAB II
IMPLIKASI PENDIDIKAN
A. Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui
pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang
lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal
oleh semua orang. Pengetahuan tersebut bersama dengan skill, sikap, dan
nilai-nilai yang memadai, akan mewujudkan elemen-elemen pendidikan yang
esensial. Tugas siswa adalah menginternalisasikan atau menjadikan milik pribadi
elemen-elemen tersebut.
Selain merupakan warisan budaya,
tujuan pendidikan esensialisme adalah "mempersiapkan
manusia untuk hidup". Namun, hidup tersebut sangat kompleks dan luas, sehingga
kebutuhan-kebutuhan untuk hidup tersebut berada di luar wewenang sekolah. Hal
ini tidak berarti bahwa sekolah tidak dapat memberikan kontribusi untuk
mempersiapkan hidup tersebut. Kontribusi sekolah terutama bagaimana merancang
sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, terutama tujuan pelajaran yang dapat
dipertanggungjawabkan, yang pada akhirnya memadai untuk mempersiapkan manusia
hidup.
Dalam mencapai tujuan di atas kaum
esensilais menolak rekonstruksinisme (neoprogresivisme) yang berpandangan bahwa
sekolah harus menjadi lembaga yang aktif untuk melakukan peru bahan sosial,
apalagi harus bertanggung jawab seluruh pendidikan bagi generasi muda.
B. Peranan Siswa
Siswa
mempelajari apa yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan –kebutuhan, minat, dan
masalah- masalah pribadinya. Dengan kata lain isi pengetahuan tak bertujuan
dalam dirinya sendiri, melainkan bermakna untuk suatu tujuan. Dengan demikian
serorang siswa yang menghadapi suatu permasalahan akan mungkin untuk
merekonstruksi lingkungannya untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakanya. Siswa
dengan berperan dalam mendukung pengetahuan dan keterampilan dengan diyakini
penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif, jadi
siswa berperan dalam menyampaikan pengetahuan dan keterampilan pada masyarakat.
C. Peranan Guru
Dalam
pembelajaran peranan guru dalam mendidik, mengajar dan melatih seorang anak SD
sangat banyak sekali diantaranya yaitu :
o Dalam membentuk para siswa, menangani insting-insting alamiah dan
nonproduktif mereka (seperti agresif, kepuasan indera tanpa nalar, dan
lain-lain) dibawah ini pengawasan sampai pendidikan mereka selesai.
o Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus,
dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru dan digugu. Guru
merupakan orang yang menguasai pengetahuan, dan kelas berada di bawah pengaruh
dan pengawasan guru
o Menjebatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru
disiapkan secara khusus untuk membimbing pertumbuhan siswa-siswinya.
D. Kurikulum
Kurikulum
esensialis menekankan pengajaran fakta-fakta
kulikuurn itu kurang memiliki kesabaran dengan pendekatanpendekatan
tidak langsung dan introspektif yang diangkat oleh kaum progresivisme. Beberapa
orang esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan
merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal
yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi
pada masyarakat.
Kurikulum esensialisme seperti
halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran (subject matter centered). Di sekolah dasar penekanannya pada kemampuan
dasar membaca, menulis, dan matematika. Di sekolah menengah
diperluas dengan perluasan pada matematika, sains, humaniora, bahasa, dan
sastra.
Penguasaan terhadap materi kurikulum
tersebut merupakan dasar yang esensial bagi general education" (filsafat, matematika, IPA, sejarah,
bahasa, seni, dan sastra) yang diperlukan dalam hidup. Belajar dengan tepat
berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu mengembangkan pikiran ( kemampuan
nalar) siswa dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia fisik sekitamya.
Menguasai fakta,dan konsep dasar disiplin yang esensial merupakan suatu keharusan,
E. Metode
§ Metode tradisional,
menekankan pada inisiatif guru
§ Metode pemecahan
masalah (Problem solving) ada faedahnya, namun bukan suatu prosedur
untuk dilaksanakan bagi seluruh proses belajar. Pendaat tersebut didasari oleh
pandangan bahwa kebanyakan pengetahuan adalah abstrak dan tidak dapat
dipecahkan kedalam masalah –masalah yang konkrit.
Tag :
MAKALAH PAI
0 Komentar untuk "CONTOH MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN BAB II IMPLIKASI PENDIDIKAN"