BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kepedulian
sosial merupakan tema penting dari sekian banyak tema-tema dalam al-Qur'an.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 177 Allah berfirman:
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS:Al Baqarah: 177)
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS:Al Baqarah: 177)
Jadi disini
jelas segala perbuatan ibadah apapun itu yang disebut sebagai kebajikan atau
amal shaleh juga harus diikuti dengan penghayatan dan perasaan saling mengasihi
sesama manusia, peduli pada orang lain itulah yang disebut kebajikan, dan orang
yang berbuat demikian adalah orang yang bertaqwa.
Allah mengecam
orang-orang yang menumpuk-numpuk harta hanya untuk mengejar simbol, meraih
kekuasaan dan kesenangan hidup didunia saja tanpa peduli dengan kesusahan
sesama, dan kepedulian sosial. Dan Allah swt mengancam orang yang berbuat
demikian dengan neraka jahim.
A.
Rumusan Masalah
Dari Latar
belakang tersebut, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai Kepedulian Islam dalam Islam.
B.
Tujuan
Adapun tujuan
yang diharapkan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
tentang Aspek-aspek Islam dalam hal memaknai kepedulian sosial terhadap sesama.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh
cukup jelas dan tegas . Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah
ditemui bahwa masalah kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang
akidah dan keimanan , tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolak ukur dalam
akhlak seorang mukmin.
Begitu juga Allah menghargai mereka yang
melaksanakan amal sosial dalam konteks kepedulian sosial tersebut sebagaimana
juga Alah sangat mengecam mereka yang tidak mempunyai rasa kepedulian sosial.
Di saat kondisi seperti sekarang ini,
sesungguhnya sebuah ladang jihad maal menanti bagi kaum yang berada.
Rasululullah bersabda : “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara
nya seperti mencitai dirinya sendiri”.
Hadis ini shahih dan cukup populer di kalangan
kau muslimin umum sekalipun. Yang subtansif pada hadis ini adalah mengaitkan
iman dengan masalah sikap hati –dalam hal ini− mencintai orang lain selain
dirinya. Mencintai orang itupun ditentukan bobotnya oleh Rasulullah yaitu sama
dengan mencintai diri sendiri. Rasanya ini sangat berat dan sulit dilaksanakan,
namun jika iman itu benar - benar ada dan hidup dalam jiwa maka yang berat dan
sulit itupun sangat bisa terealisir.
Terdapat
beberapa dimensi dalam pemaparan islam terhadap konsep-konsep kepedulian islam diantaranya adalah :
1. Dari
Dimensi Aqidah dan Keimanan.
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan
pertama dalam Islam. Bagaimana implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran
dan hadis. Salah satunya berkaitan dengan kepedulian sosial.antara lain,
misalnya surah al−Anfal ayat 2:
“Sesungguhnya orang−orang beriman itu hanyalah
(1). mereka yang jika disebut nama Allah maka gemeyar hatinya. (2) dan apabila
dibacakan kepadanya bertambah keimanannya (3) dan mereka bertawakkal
kepadanya.(4) Mereka yang melaksanakan sholat dan (5) menafkahkan sebagian
harta yang diberikan kepada mereka…”
Jadi menafkahkan sebagian harta (no:5) untuk
orang lain termasuk indikasi/ukuran bagi keimanan sesorang dalam kehidupan
ini.Hadis−hadis yang menekan hal ini cukup banyak antara lain Siapa yang
beriman dengan Allah dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamu/tetangga.
2.
Dari Dimensi Syari’ah/Hukum
Dalam Islam, para pemberontak negara harus
diperangi sampai habis total dan tuntas.Termasuk disini adalah mereka yang tak
mau bayar zakat.Artinya tidak mau bayar zakat merupakan kesalahan besar di mata
hukum Islam. Islam juga mewajibkan amar makruf nahi mungkar yang kesemuanya
terkait dengan hukum dan segala konsekwensinya. Orang yang yang tidak memberi
makan fakir miskin dapat terjerat vonis pedusta agama.
3.
Dimensi Akhlak
Dalam Islam seseorang dianggap mulia, jika ia
memelihara anak yatim. Orang yang paling disenangi Allah adalah mereka yang
paling dermawan. Orang−oarang yang berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala
sampai 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah disebutkan bahwa Allah akan selalu
membantu hambaNya selama hamba tersebut membantu saudaranya. Pada hadis lain
Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu sifat tercela dan pemboros itu adalah
kawan−kawan setan.
Jika dibahas secara terinci, tentang kepedulian
Islam terhadap masalah sosial maka kita akan menemukan bahwa ternyata amal
ibadah secara umum lebih banyak berurusan dengan hamblum minannas ketimbang
hablum minallah. Cuma kesemuanya itu harus dikunci dengan prinsip utama
kepedulian sosial, terutama kepada orang-orang
yang lemah secara ekonomi, saat ini terasa semakin banyak diabaikan.
Orang-orang yang mampu banyak yang sibuk dengan kariernya, bisnisnya atau sibuk
mementingkan kehidupannya sendiri, sehingga terlena dan akhirnya lalai dengan
kepedulian sosialnya. Mereka mengabaikan dengan kondisi orang-orang yang lemah
seperti ini. Kondisi ini secara nyata semakin terlihat di kota-kota besar
seperti Jakarta, dimana jurang pemisah antara si mampu dengan si lemah semakin
lebar. Makin lebar dan dalam jurang menganga, keharmonisan hubungan sosial
diantara kita bisa rusak dan hancur.
Islam sebagai
agama rahmatan lil’alamin telah memberikan petunjuk-petunjuk mu’amalah
(interaksi sosial) dan mengatur hak-hak individu dengan yang lainnya. Ajaran
kasih sayang, kewajiban zakat fitrah dan zakat harta, anjuran-anjuran berinfaq
dan bersedeqah, petunjuk agar saling tolong menolong di dalam kebaikan dan
taqwa, ajaran persaudaraan, hak-hak tetangga, perintah agar berlaku adil dan
petunjuk-petunjuk mu’amalah lainnya merupakan ajaran-ajaran kepekaan dan
kepedulian sosial.
Berbagi dengan
orang lain adalah salah satu wujud kepedulian social yang tercermin dalam
beberapa contoh, antara lain :
- Kalau kita memiliki waktu, berbagilah dengan waktu kita untuk membantu orang lain.
- Kalau kita memiliki tenaga berbagilah tenaga kita untuk membantu orang lain.
- Kalau kita memiliki harta, berbagilah dengan harta kita untuk membantu orang lain.
- Kalau kita memiliki ilmu, berbagilah dengan ilmu yang kita miliki untuk membantu orang lain.
- Kalau kita memiliki semangat dan motivasi, berbagilah dengan semangat dan motivasi dengan orang lain.
- Bahkan kalaupun hanya sekedar senyum, berbagilah senyum kebaikan dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sesungguihnya
pintu-pintu kepedulian sosial itu ada banyak sekali. Yang diperlukan adalah
Kesadaran kita untuk mau berbagi dengan sesama kehidupan ini, bukan hanya
mementingkan ego pribadi kita. Orang yang mengaku beriman, hakikatnya ‘bukan
beriman’ (tidak sempurna) kalau tidak peduli dengan orang-orang lemah di
sekitarnya.
Dengan
kepedulian sosial maka akan tercipta keharmonisan sosial yang kuat, suasana
kekeluargaan, dan saling membantu satu sama lain. Sudah selayaknya kita yang
diberikan anugerah yang tak ternilai dari Allah Tuhan Yang Maha Pengasih ini,
bersyukur dengan mau berbagi dan peduli dengan sesama kehidupan yang
membutuhkan pertolongan. Marilah kita saling mengingatkan dan terus.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang saya buat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Metodologi Studi Islam. Makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mohon ma’af atas segala kekurangannya. Dan
kami berharap adanya kritik dan saran yang dapat membantu dalam penyempurnaan
makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfa’at bagi
pembuat makalah khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Tim
Penceramah JIC. 2005. Islam Rahmat Bagi Alam Semesta.Jakarta : Pustaka
Alvabet
Muhsin
M.K. 2004. Bertetangga & Bermasyarakat Dalam Islam.Jakarta : Al
Qalam
ekojalusantoso.com/?p=88 Diakses pada tanggal 6
Desember 2011
http://pks-jepang.org/archives/266 Diakses
pada tanggal 6 Desember 2011
Tag :
MAKALAH PAI
0 Komentar untuk "Makalah Islam Dan Kepedulian Sosial"