ABSTRAK
Gizi memiliki peranan yang tidak diragukan lagi pada
tumbuh kembang anak
terutama dalam kaitannya dengan lingkungan anak sejak
dalam kandungan hingga remaja. Zat gizi yang
mengandung karbohidrat/energi/kalori, protein dan zat besi memperlihatkan
pengaruh nyata pada pertumbuhan anak. Asupan makanan yang mengandung gizi
seimbang pada masa balita memberikan efek yang baik bagi proses tumbuh kembang
anak. Masalah gizi terdapat di Puskesmas Karanganyar yaitu kasus
gizi kurang sebesar 18,98% dengan perkembangan kurang dan gizi buruk sebesar 1,23%, Data
perkembangan bayi menunjukkan bahwa bayi yang mengalami gangguan
perkembangan sebanyak 6 kasus. Hasil wawancara dengan 10 ibu
bayi diketahui bahwa 4 bayi mengalami perkembangan kurang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan status gizi dengan perkembangan
bayi.
Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analitik
korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi di kelurahan Karanganyar wilayah kerja Puskesmas Karanganyar
bulan Juli tahun 2012 yaitu sebanyak 98 bayi.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling.
Hasil
penelitian di Kelurahan Karanganyar wilayah kerja puskesmas Karanganyar
diperoleh data bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik yaitu
sebanyak 81,6%, dan sebagian besar memiliki perkembangan sesuai yaitu sebanyak
85,7%, Hasil uji statistik menunjukkan p value = 0,000.
Kesimpulan
dari hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara status gizi dengan
perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar
Kota Tasikmalaya tahun 2012.
Kata kunci : Status gizi, Perkembangan bayi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) sangat terkait dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain
diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin
sejak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan
selama masa kehamilan hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan
yang sehat dan lahir dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak
masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas
hidup anak agar mencapai tumbuh kembang optimal baik fisik, mental, emosional
maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi
genetiknya (Depkes RI, 2005).
Akan tetapi
semua kebijakan kesehatan di Indoensia sampai saat ini
masih belum menggembirakan karena derajat kesehatan indonesia masih termasuk
rendah. Hal ini terlihat dari tingginya Angka Kematian Bayi (AKB), 34/1000
kelahiran hidup angka dan Angka Kematian
Balita (AKABA) di Indonesia pada tahun 2007 telah mencapai 44 per 1000
kelahiran hidup. Guna menurunkan
angka kematian bayi dan balita, pemerintah telah mencanangkan program
peningkatan gizi ibu dana anak melalui upaya pemantauan status gizi ibu hamil,
pemberian tablet Fe, dan promosi kesehatan.
Sedangkan upaya dibidang gizi balita melalui Posyandu, Pemberian Makanan
Tambahan, pemberian Vitamin A dan pemantauan tumbuh kembang anak (Depkes, 2007).
Bayi merupakan tahapan proses regenerasi manuisa yang sangat penting karena
merupakan tahap awal pertumbuhan dan perkembangan manusia pada masa remaja,
dewasa dan masa tua. Bayi yang sehat dan tumbuh kembang dengan baik dapat
menciptakan generasi yang sehat dan kuat pada masa yang akan datang (Depkes,
2005)
Tahun 2008 di Indonesia diperkirakan
sekitar 5 juta bayi dan anak balita menderita gizi kurang, 1,4 juta diantaranya
menderita gizi buruk. Dari jumlah tersebut, 140.000 menderita gizi buruk
tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor,
kasus malnutrisi di Indonesia sebanyak
4,1 juta dan 755.397 diantaranya adalah kasus gizi buruk (Depkes, 2008).
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, prevalensi gizi kurang tahun 2010 adalah 26,5% dari
seluruh balita. Angka ini termasuk tinggi mengingat hampir seperempat balita
memiliki masalah gizi yang akan mengganggu tumbuh kembang anak (Dinkes Jabar,
2011). Kasus gizi buruk
Tahun 2008 di provinsi Jawa Barat
sebanyak 38.760 orang sedangkan kasus gizi kurang 380.673 kasus (Dinkes Jabar,
2011)
Gizi memiliki
peranan yang tidak diragukan lagi pada tumbuh kembang anak terutama dalam
kaitannya dengan lingkungan anak sejak dalam kandungan hingga remaja. Pola
makan dan kualitas makanan anak di negara-negara tropik merupakan tantangan
yang sangat perlu dikaji lebih mendalam untuk menjawab masalah gizi pada tumbuh
kembang anak di Indonesia.
Berbagai hasil
penelitian mengungkapkan bahwa kurang gizi yang berlangsung sangat cepat pada
waktu pertumbuhan, membawa akibat tingkah laku yang tidak normal pada anak
tersebut. Anak menjadi tidak responsif, sulit berkomunikasi dan tidak energik.
Hasil uji kecerdasan menunjukan bahwa anak tersebut tidak saja mempunyai IQ
yang rendah, tetapi kemampuan belajar dan kemampuan akademiknya juga rendah. Apabila keadaan kurang gizi cukup
berat maka efek negatif ini bisa menetap hingga dewasa. Tetapi apabila tidak
berat maka fungsi
kecerdasan ini dapat diperbaiki dengan bertambah baiknya keadaan gizi anak. Zat
gizi yang mengandung karbohidrat/energi/kalori, protein dan zat besi
memperlihatkan pengaruh nyata pada pertumbuhan anak. Asupan makanan yang
mengandung gizi seimbang pada masa balita memberikan efek yang baik bagi proses
tumbuh kembang anak (Depkes,
2009).
Proses tumbuh kembang merupakan proses
yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola
tertentu yang khas untuk setiap anak. Pertumbuhan terjadi secara simultan
dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi. Semua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia
yang utuh (Depkes RI, 2005)
Pembinaan perkembangan anak yang dilaksanakan
secara tepat dan terarah menjamin anak tumbuh kembang secara optimal sehingga
menjadi manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, kreatif, produktif,
bertanggung jawab dan berguna bagi bangsa dan negara. Pembinaan tumbuh kembang
balita merupakan serangkaian kegiatan yang sifatnya berkelanjutan antara lain
berupa peningkatan kesejahteraan anak pada pemenuhan kebutuhan dasar dan
hak-hak anak seperti makanan, kesehatan, perlindungan, memperoleh kasih sayang,
interaksi, rasa aman dan stimulasi serta kesempatan belajar (BKKBN, 2007).
Gangguan
perkembangan anak di Indonesia secara keseluruhan
29,9% bayi umur kurang dari 1 tahun 32,8% anak umur 1-4 tahun dan 30,1% anak
umur 5-14 tahun menderita satu jenis kecacatan atau lebih (Susenas, 2001). Penyandang Cacat di
Indonesia sudah mencapai 1.544.184 jiwa (Pusdatin Depsos, 2008). Sementara itu
menurut catatan WHO, jumlah penyandang cacat di Indonesia mencapai sekitar 10
persen dari seluruh jumlah penduduk, meningkatnya jumlah penyandang cacat di
Indonesia akibat adanya beberapa faktor diantaranya karena faktor bencana alam,
perubahan kondisi kesehatan, perubahan gaya hidup, polusi, kekurangan gizi dsb.
Dari hasil penelitian Proboningsih
(2004) bahwa pada anak usia 12 – 18 bulan di puskesmas wilayah kerja Sidoarjo
kelompok status gizi baik terdapat 78.6% memiliki perkembangan normal dan 21,4%
perkembangan yang terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6%
memiliki perkembangan normal dan 46,4% perkembangan yang terhambat. Hal ini
menunjukkan bahwa status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan
perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian).
Hasil studi pendahuluan di Dinas kesehatan Kota Tasikmalaya
tahun 2012, masalah gizi terdapat di Puskesmas Karanganyar yaitu kasus gizi kurang sebesar 18,98%
dengan perkembangan kurang dan gizi
buruk sebesar 1,23%. Data perkembangan bayi menunjukkan bahwa bayi
yang mengalami gangguan perkembangan sebanyak 6 kasus. Hasil wawancara dengan 10 ibu
bayi diketahui bahwa 4 bayi mengalami perkembangan kurang.
Dari hasil studi pendahuluan tersebut
ditemukan fenomena masalah yaitu banyaknya status gizi kurang dan ditemukannya
bayi dengan gangguan perkembangan. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Hubungan Status Gizi
Dengan
Perkembangan Bayi Di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui
hubungan status gizi dengan
perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya. Sedangkan Tujuan Khususnya adalah Kesatu : untuk Mengetahui
gambaran status gizi bayi
di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya. Kedua : untuk Mengetahui
gambaran perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas
Karanganyar Kota Tasikmalaya. Ketiga : untuk Mengetahui
hubungan status gizi dengan
perkembangan bayi di Kelurahan
Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya.
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan
Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan metode analitik korelasional yaitu penelitian
yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Pendakatan yang
digunakan adalah pendekatan cross
sectional yaitu mengadakan penelitian dengan pengumpulan data variabel
independen dan dependen dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2002)
Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu keseluruhan
atau kesatuan unit yang menjadi objek penelitian (Notoatmodjo, 2006). Populasi
penelitian ini adalah seluruh bayi di Desa
Tambakreja wilayah kerja Puskesmas Lakbok Periode Bulan Mei - Juni tahun 2013 yaitu sebanyak 32 bayi.
Sampel adalah sebagian dari
populasi yang menjadi sasaran penelitian mewakili keseluruhan populasi
(Notoatmodjo, 2002). Sampel penelitian
ini adalah seluruh bayi di Desa
Tambakreja wilayah kerja puskesmas Lakbok. Tehnik pengambilan
sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu
seluruh populasi menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah sampling yaitu
sebanyak 32
Bayi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tambakreja wilayah kerja
Puskesmas Lakbok
Kabupaten Ciamis Tahun 2013.
Tehnik
Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data
status gizi dilakukan dengan melihat KMS
hasil penimbangan pada bulan Mei
– Juni 2013, sedangkan data perkembangan
bayi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dan observasi perkembangan bayi
menggunakan pedoman daftar tilik.
Pengolahan Data dan Analisis Data
1.
Pengolahan Data
a.
Editing Data
Merupakan
tahap pengelompokkan data yang telah terkumpul baik cara pengisian, kesalahan
pengisian konsistensi dari setiap jawaban yang terdapat dari kuesioner.
b.
Coding Data
Memberi kode pada setiap jawaban yang diberikan
responden.
c.
Tabulating Data
Adalah tahap pengolahan data dengan menghitung dan
menilai jawaban responden.
2. Analisis
Data
a.
Analisis univariat
Analisis
menggunakan analisis univariat
yaitu analisis terhadap satu variabel mandiri tanpa menghubungkan dengan
variabel lainnya. (Notoatmodjo, 2006).
1)
Status gizi
Analisis
data status gizi dilakukan dengan menggunakan KMS. Hasil analisis terdiri dari
3 kategori :
a).
Gizi Buruk : BB anak dibawah garis merah
b).
Gizi kurang : BB anak pada area warna kuning
c).
Gizi baik : BB anak pada area warna hijau
2)
Perkembangan
Analisis data perkembangan bayi
dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dengan kusioner :
a)
S (sesuai)
:
Skor 9 - 10
d).
M (Meragukan)
:
skor 7 -8
e).
P (Penyimpangan)
: skor kurang dari 7
|
Data kemudian dianalisis dengan analisis
statistik deskriptif untuk mengetahui distribusi frekuensi setiap kategori
dengan rumus sebagai berikut
Keterangan
:
P
= Persentase
f = frekuensi
N
= jumlah responden
Hasil
analisis data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi skala ordinal.
b. Analisis
bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel.
Uji statistik yang digunakan adalah uji chie square, dengan rumus
:
Keterangan :
O
= Frekuensi Observasi
E
= Frekuensi yang diharapkan
Tingkat
kepercayaan dalam penelitian adalah 95% pada α = 0,05. Kesimpulan tingkat
kemaknaan dapat dilakukan apabila hasil uji korelasi sebagai berikut :
1). ρ value ≤ 0,05 menunjukkan hubungan yang
bermakna
2). ρ value > 0,05 menunjukkan hubungan yang
tidak bermakna
(Arikunto, 2006).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian
1.
Analisis
Univariat
a. Status
gizi
Hasil
penelitian mengenai status gizi dapat dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1
Distribusi
Frekuensi Status Gizi bayi di Kelurahan Karanganyar
Wilayah kerja
Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya
No
|
Kategori
|
F
|
Jumlah (%)
|
1
|
Gizi
Buruk
|
2
|
2,0
|
2
|
Gizi Kurang
|
16
|
16,3
|
3
|
Gizi
Baik
|
80
|
81,6
|
Jumlah
|
98
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 1 menunjukan bahwa status gizi bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah
kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah status
gizi baik, yaitu sebanyak 80 orang (81,6%) dan frekuensi terendah yaitu status
gizi buruk sebanyak 2 orang (2.0%).
b. Perkembangan
bayi
Hasil
penelitian mengenai perkembangan bayi dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2
Distribusi
Frekuensi Perkembangan Bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah kerja Puskesmas
Karanganyar
Kota Tasikmalaya
No
|
Kategori
|
F
|
Jumlah (%)
|
1
|
Penyimpangan
|
2
|
2,0
|
2
|
Meragukan
|
12
|
12,2
|
3
|
Sesuai
|
84
|
85,7
|
Jumlah
|
98
|
100,0
|
Berdasarkan
tabel 2 menunjukan bahwa perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar Puskesmas
Karanganyar Kota Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah kategori sesuai, yaitu
sebanyak 84 orang (85,7%) dan frekuensi
terendah yaitu katagori Penyimpangan sebanyak 2 orang (2,0%).
2.
Analisis
Bivariat
Hasil
penelitian mengenai hubungan status gizi dengan perkembangan bayi disajikan
dalam tabulasi silang sebagai berikut :
Tabel 3
Tabulasi Silang
Antara Status gizi Dengan Perkembangan Bayi di Kelurahan Karanganyar Puskesmas
Karanganyar Kota Tasikmalaya
Status
gizi
|
Perkembangan
bayi
|
Total
|
p value
|
||||||
Penyimpangan
|
Meragukan
|
Sesuai
|
|||||||
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Buruk
|
1
|
50,0
|
1
|
50,0
|
0
|
0
|
2
|
100
|
0,000
|
Kurang
|
1
|
6,3
|
4
|
25,0
|
11
|
68,8
|
16
|
100
|
|
Baik
|
0
|
0
|
7
|
8,8
|
73
|
91,3
|
80
|
100,0
|
|
Jumlah
|
2
|
2,0
|
12
|
12,2
|
84
|
85,7
|
98
|
100,0
|
Tabel
3 menunjukan bahwa 2 responden yang mempunyai status gizi buruk, sebanyak 2
orang memiliki perkembangan menyimpang dan meragukan, sedangkan dari 16 anak
dengan status gizi kurang, sebanyak 11 anak memiliki perkembangan sesuai. Dari
80 anak dengan status gizi baik, sebanyak 73 anak memiliki perkembangan sesuai,
dan 7 anak meiliki perkembangan yang meragukan. Hasil uji statistik menunjukkan
p value = 0,000 ini berarti p value lebih kecil dari 0,05, maka Ha diterima yang artinya ada
hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar
Puskesmas karanganyar Kota tasikmalaya.
Pembahasan Hasil Penelitian
1. Status
gizi
Berdasarkan
tabel 1 menunjukan bahwa status gizi bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah
kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya sebagian besar termasuk kategori
baik, yaitu sebanyak 80 orang (81,6%).
Akan tetapi masih ada sebagian bayi
yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk. Menurut program Puskesmas
seharusnya semua bayi memiliki status gizi yang baik sebagai dasar untuk tumbuh
dan berkembang secara sehat dan optimal.
Faktor yang melatarbelakangi
kejadian tersebut salah satunya karena mayoritas masyarakat adalah sebagai
petani (66,34%) sehingga berpengaruh pada pola makan anak untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang diperlukan anak. Mengingat kondisi wilayah geografis suatu
daerah beraneka ragam ada yang merupakan 2 lumbung padi dan ada yang minus yang
tidak bisa memproduksi pangan secara cukup, serta kondisi perekonomian dan
kesadaran akan pentingnya gizi dalam suatu mayarakat atau keluarga masih
rendah, sehingga dalam hal ini berdampak timbulnya masalah gizi.
Status
Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu,
merupakan indeks yang statis dan agregatif sifatnya kurang peka untuk melihat
terjadinya perubahan dalam waktu penduduk misalnya bulanan (kurniaty, 2007).
Sedangkan menurut Ibnu Fajar dkk dalam Depkes (2005), status gizi adalah
ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Contohnya
gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran
yodium dalam tubuh.
Untuk menjamin pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan Balita,
maka perlu asupan gizi yang cukup.
Agar
anak memiliki status gizi yang baik diperlukan asupan nutrisi dengan gizi
seimbang. Hidangan “gizi seimbang” adalah makanan yang mengandung zat tenaga,
zat pembangun dan zat pengatur. Zat tenaga atau kalori diperlukan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang sebagian besar dibutuhkan dari bahan
makanan sumber karbohidrat dan lemak serta sedikit protein. Zat pembangun atau
protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang
didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati). Bahan
makanan sumber zat tenaga dari karbohidrat, antara lain: beras, jagung, gandum,
ubi jalar, kentang, sagu, roti, mie, pasta` makaroni dan tepung-tepungan
disamping gula murni, baik sukrosa, glukosa atau laktosa. Sedangkan bahan
makanan sumber zat tenaga dari lemak antara lain: lemak hewani, minyak, santan,
margarine dan mentega. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari
hewani antara lain: daging, ikan, ayam, telur, udang, kerang sari serta
turunannya (Kurniawan, 2007).
Peran dan Fungsi bidan dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi baik hendaknya meningkatkan
penyuluhan tentang gizi pada bayi dan meningkatkan status gizi masyarakat
sehingga semua bayi memiliki status gizi yang baik dan sesuai dengan usia anak.
2. Perkembangan
bayi
Berdasarkan
tabel 2 menunjukan bahwa perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah
kerja Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah
kategori sesuai, yaitu sebanyak 84 orang
(85,7%).
Akan
tetapi masih ada sebagian kecil bayi yang memiliki penyimpangan dan
perkembangan yang meragukan. Hal ini dapat disebabkan karena faktor gizi atau
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan bayi. Menurut program Puskesmas,
semua bayi harus memiliki perkembangan yang baik sebagai dasar untuk tahap
tumbuh kembang pada masa selanjutnya yaitu masa remaja dan masa dewasa.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, contohnya perkembangan emosi, intelektual, tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 2004).
Peran dan Fungsi bidan dalam hal
ini hendaknya selalu mengingatkan ibu bayi agar selalu memberikan gizi baik
bagi bayinya serta selalu mengingatkan agar melakukan stimulasi agar anak
berkembang sesuai usianya.
3. Hubungan
Status gizi dengan
Perkembangan bayi
Hasil
uji statistik menunjukkan p value =
0,000 ini berarti p value lebih kecil
dari 0,05, maka Ha diterima yang
artinya ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi di Kelurahan
Karanganyar Puskesmas karanganyar Kota Tasikmalaya.
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status
gizi dengan perkembangan bayi. Adanya hubungan bermakna ini berarti status gizi
memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat perkembangan bayi. Sehingga jika
status gizi buruk atau kurang maka perkembangan bayi cenderung akan mengalami
penyimpangan atau meragukan. Sedangkan jika status gizi baik maka perkembangan
bayi cenderung akan mengalami perkembangan yang baik.
Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Proboningsih (2004) bahwa pada anak usia 12
– 18 bulan di Puskesmas wilayah kerja Sidoarjo kelompok status gizi baik
terdapat 78.6% memiliki perkembangan normal dan 21,4% perkembangan yang
terhambat. Sedangkan pada kelompok gizi kurang terdapat 53,6% memiliki
perkembangan normal dan 46,4% perkembangan yang terhambat. Hal ini menunjukkan
bahwa status gizi normal dan status gizi kurang memiliki perbedaan perkembangan
(motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan kepribadian).
Sementara
itu menurut catatan WHO, jumlah penyandang cacat di Indonesia mencapai sekitar
10 persen dari seluruh jumlah penduduk, meningkatnya jumlah penyandang cacat di
Indonesia akibat adanya beberapa faktor diantaranya karena faktor perubahan
kondisi kesehatan, perubahan gaya hidup, polusi, dan kekurangan gizi .
Tabel
3 menunjukan bahwa 2 responden yang mempunyai status gizi buruk, sebanyak 2
orang memiliki perkembangan menyimpang dan meragukan, sedangkan dari 16 anak
dengan status gizi kurang, sebanyak 11 anak memiliki perkembangan sesuai. Dari
80 anak dengan status gizi baik, sebanyak 73 anak memiliki perkembangan sesuai,
dan 7 anak meiliki perkembangan yang meragukan. Hal ini dapat disebabkan karena
faktor lingkungan, pola asuh, atau kurangnya stimulasi.
Oleh
karena itu guna meningkatkan status gizi dan perkembangan anak perlu
ditingkatkan pembinaan dan penyuluhan tentang gizi bayi dan tumbuh kembang anak
oleh bidan atau tenaga kesehatan lain sehingga diharapkan semua bayi memiliki
status gizi baik dan perkembangan yang sesuai dengan usia.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian mengenai hubungan status gizi dengan perkembangan bayi di
Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya, maka peneliti mengambil
kesimpulan :
1. Status
gizi bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah status gizi baik, yaitu sebanyak 80
orang (81,6%) dan frekuensi terendah yaitu status gizi buruk sebanyak 2 orang
(2.0%).
2. Perkembangan
bayi di Kelurahan Karanganyar Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya frekuensi tertinggi adalah kategori sesuai, yaitu sebanyak 84 orang
(85,7%) dan frekuensi terendah yaitu katagori Penyimpangan sebanyak 2 orang
(2,0%)
3. Ada
hubungan antara status gizi dengan perkembangan bayi di Kelurahan Karanganyar
Puskesmas Karanganyar Kota Tasikmalaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto. (2006). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta Jakarta.
Depkes. (2002). Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Depkes Jakarta.
Depkes. (2004). Sistem Kesehatan Nasional.
Tersedia dalam http://depkes.go.id/go
diakses 27 Mei 2012.
Depkes. (2005). Gizi dan Masalah Kesehatan. Tersedia dalam http://depkes.go.id/go
diakses 27 Mei 2012.
Depkes. (2007). Lampiran Hasil Riskesdas. Tersedia dalam http://depkes.go.id/go
diakses 27 Mei 2012.
Depkes. (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Tersedia dalam http://depkes//go.id diakses 27 Mei 2012.
Depkes. (2005). Gizi dan Masalah Kesehatan. Tersedia dalam http://depkes.go.id/go
diakses 27 Mei 2012.
Dinkes, Jabar. (2011). Data statistik Kesehatan. Tersedia dalam http://jabardinkes//go.id
diakses 24 Mei
2012.
Hurlock. (2002). Psikologi Perkembangan. Erlangga. Jakarta.
Kurniawan. (2007). Sejarah Perkembangan Kesehatan Gizi. Tersedia dalam http://uii.ac.id/go Diakses tanggal 24 Mei
2012
Kurniaty. (2007). Pemantauan Status Gizi Balita.
Tersedia dalam http://depkes.go.id/go
Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo. (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Nursalam. (2007). Keperawatan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Puskesmas
Karanganyar. (2011). Laporan Tahunan Puskesmas Karanganyar Kota
Tasikmalaya 2011.
Rahmawati. (2009). Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Tumbuh
Kembang Anak dengan Pemberian ASI Eksklusif di Dusun Gondo Rejo, Desa Taman
Harjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, skripsi
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang
Anak. EGC. Jakarta.
Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
Susanti. (2011). Gambaran
pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun di Desa Rajamandala
kecamatan Rajapolah kabupaten Tasikmalaya.
KTI
Tag :
MAKALAH KESEHATAN
0 Komentar untuk "Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Bayi Di Kelurahan Karanganyar Wilayah Kerja Puskesmas Karanganyar"