Blog Dunia Pendidikan

Contoh Proposal Penggunaan Media Gambar Fotografik Dalam Pembelajaran Menulis Kalimat Di Kelas II Sekolah Dasar Bag. 1


A.                Judul
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR  FOTOGRAFIK  DALAM  PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT DI KELAS II SEKOLAH DASAR

B.                Latar Belakang Penelitian
Dalam kehidupannya manusia tentu saja sangat memerlukan pendidikan, baik pendidikan sosial, ekonomi, budaya, agama, bahasa ataupun pendidikan lainnya, hal tersebut dimaksudkan agar manusia dapat hidup dan berkembang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dilingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang RI. No.20 Tahun 2003 (dalam Dananjaya, 2013, hlm. 25) tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan bahasa. Bahasa itu sendiri merupakan alat komunikasi manusia berupa bunyi ucapan yang bermakna dan dapat dipahami. Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dengan bahasa kita dapat menuangkan ide, menyataan perasaan, mengemukakan gagasan dan pendapat bahkan dengan bahasa kita dapat berpikir dan bernalar. Terampil dalam berbahasa baik secara lisan maupun tulisan sangatlah penting agar komunikasi dengan sesama manusia berjalan dengan lancar, pesan ataupun informasi yang kita sampaikan dapat dipahami maksud dan tujuannya. Pemikiran seseorang dapat tercermin dari keterampilam berbahasa, semaikin terampil seseorang dalam berbahasa maka akan semakin tinggi pula pemikiranya. Dengan banyak melakukan praktik dan latihan maka keterampilan berbahasa mudah dikuasai. “Melatih keterampilan berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir” (Dawwon dalam Tarigan, 2008, hlm. 1).
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh manusia dari berbagai daerah untuk berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Salah satu ciri khas suatu bangsa adalah bahasa, maka dari itu seyogyanya kita menjaga dan melestraikan bahasa Indonesia. Melestarikan berarti kita mau menggunakan dan mempelajari bahasa itu sendiri. Bahasa diajarkan dari sejak kecil, bahkan bayi yang baru lahirpun sudah diajarkan bahasa oleh ibunya. Bahasa pertama yang diperoleh anak sering kita sebut dengan bahasa ibu atau mother tongue, bahasa pertama atau bahasa ibu tersebut bisa berupa bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah sunda, jawa, batak, minang, bugis tergantung domisili atau tempat seseorang tinggal.
Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan sosial, emosional, dan  intelektual peserta didik serta sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, lingkungannya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu peserta didik juga mampu berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang menggunakan bahasa, menumbuhkan  kemampuan berpikir imaginatif dan analitis yang ada dalam dirinya.
Secara formal pendidikan bahasa Indonesia diajarkan dari jenjang pendidikan yang rendah hingga jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dari TK/RA, SD/MI, SMP/Tsanawiah, SMA/Aliah sampai perguruan tinggi. Pada dasarnya materi yang diajarkan dari setiap jenjang pendidikan sama, yang membedakan adalah tingkat kesukarannya mulai dari materi yang sederhana hingga yang lebih kompleks. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta mengajak peserta didik untuk dapat mengapresiasi  karya sastra hasil anak bangsa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ada empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa, keempat aspek tersebut mencakup “keterampilan menyimak (Listening skill), keterampilan berbicara (Speaking skill), keterampilan membaca (Reading skill), dan ketrampilan menulis (Writing skill).” menurut Tarigan (2008, hlm. 1). Keempat aspek keterampilan tersebut harus dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran tidak terhambat dan berjalan dengan lancar. Salah satu aspek keterampilan yang paling sulit dikuasi oleh siswa adalah aspek keterampilan menulis, karena aspek keterampilan menulis ini diperoleh setelah siswa mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis tidak dimiliki secara alamiah oleh siswa, melainkan harus melalui banyak latihan baik latihan secara mandiri di rumah ataupun secara formal dalam proses pembelajaran di sekolah. Pada zaman modern seperti sekarang ini keterampilan menulis tentu saja sangat dibutuhkan. Maka sangat wajar sekali jika kita mengatakan bahwa keterampilan menulis ini merupakan suatu ciri dari orang yang berpendidikan atau terpelajar.
Dalam hal ini keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada kualitas pembelajarannya. Guru sebagai ujung tombak pendidikan memiliki peran sentral dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan serta pembelajaran yang disampaikan lebih mudah difahami dan dicerna oleh peserta didik. Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi yang terpenting guru harus mampu mengelola lingkungan pembelajaran, baik lingkungan fisik, bahan atau materi, metode, model, strategi, media dan sumber-sumber pembelajaran lainnya sehingga dapat memungkinkan siswa berinteraksi secara maksimal untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar harus dilakukan oleh guru agar pembelajaran tidak dipandang membosankan oleh siswa yang nantinya akan bedampak pada penurunan motivasi belajar siswa dalam  proses pembelajaran. Dalam pemilihan media pembelajaran tidak boleh sembarangan harus tepat dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan,  karakteristik siswa, keseuaian dengan bahan ajar, kemudahan dalam penggunaannya serta disesuaikan pula dengan tempat dimana dugunakan media tersebut. Sadiman (dalam Kurniasih, 2012, hlm. 2) menyatakan bahwa:

“Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media adalah tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa, jenis rangsangan belajar yang diinginkan, keadaan latar belakang dan lingkungan siswa, situasi kondisi setempat dan luas jangkauan yang ingin dilayani”

Dari hasil study pendahuluan melalui interview dengan guru kelas 2 Sekolah Dasar ditemukan suatu permasalahan yaitu kesulitan dalam menulis kalimat, hal tersebut dikarenakan kurangnya minat siswa dalam menulis serta cara guru mengajar hanya menggunakan buku teks sebagai media pembelajaran. Proses pembelajaran yang demikian tentu saja membuat siswa merasa bosan yang pada akhirnya berdampak pada penurunan motivasi belajar siswa. Fase perkembangan anak terbagi menjadi 4 fase yaitu “ fase sensori motorik (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasional konkret (7-11 tahun), fase operasional formal (11 tahun ke atas)” menurut Piaget (dalam Zulkifli, 2006, hlm. 21). Anak Sekolah Dasar khusunya kelas II dikategoregikan ke dalam fase operasional konkret dimana cara berpikirnya harus benar-benar konkrit atau sesuai dengan apa yang dipandang, dirasakan dan dialami.
 Maka dari itu peneliti memilih media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa yang cara berpikirnya masih konkret, dengan menggunakan media fotografik diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada  siswa dalam menulis kalimat. Gambar fotografik merupakan salah satu jenis media visual yang diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang diharapkan dalam menulis kalimat. “kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainya.” Baugh (dalam Arsyad, 2013, hlm. 13). Sementara itu, Dale (dalam Arsyad, 2013, hlm. 13) memperkirakan bahwa “pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar sekitar 13%,  dan melalui indera lainya 12%”. Dari pandangan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar seseorang paling banyak diperoleh melalui indera pandang atau visualisasi.
Materi pembelajaran menulis kalimat terdapat dalam kurikulum 2013 semester 2 tema 5, sub tema 3 dan pembelajaran 5 dengan Kompetensi Inti, memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.  Dengan Kompetensi Dasar, mengenal teks narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman.
Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA FOTOGRAFIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KALIMAT DI KELAS II SEKOLAH DASAR” 

Selanjutnya Klik Link Di Bawah Ini :
PROPOSAL BAG. 1
PROPOSAL BAG. 2
PROPOSAL BAG. 3
PROPOSAL BAG. 4
PROPOSAL BAG. 5
Tag : PROPOSAL
Iklan 655 x 60
0 Komentar untuk "Contoh Proposal Penggunaan Media Gambar Fotografik Dalam Pembelajaran Menulis Kalimat Di Kelas II Sekolah Dasar Bag. 1"

Back To Top