Blog Dunia Pendidikan

Contoh Proposal Penggunaan Media Gambar Fotografik Dalam Pembelajaran Menulis Kalimat Di Kelas II Sekolah Dasar Bag. 3

G.               Kajian Pustaka
1.                  Media Pembelajaran
a.                  Pengertian Media Pembelajaran
Media merupakan sebuah alat atau saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a scource) dengan penerima pesan (a recevier). Sementara itu, Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2013, hlm. 4) secara emplisit menyatakan bahwa:
“Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer”.

Sedangkan Miarso (dalam Indriana, 2011, hlm. 14) menyatakan bahwa “media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemamuan siswa untuk belajar”. Indriana (2011, hlm. 16) menyatakan bahwa “media pengajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sasaran atau tujuan pengajaran”.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu baik itu berupa alat fisik atau bahan yang memfasilitasi sekaligus sebagai jembatan seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat diterima dan dipahami dengan baik serta hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

b.                 Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pada zaman sekarang ini banyak sekali media praktis tinggal pakai yang tersedia di pasaran, dari media yang sederhana hingga media yang lebih kompleks atau canggih. Namun untuk mendapatkan media tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan tidak menutup kemungkinan sulit untuk digunakan karena memerlukan panduan penggunaan dan latihan terlebih dahulu sebelum media pembelajaran tersebut digunakan di kelas. Berbeda dengan media pembelajaran yang langsung dibuat oleh guru selain mudah digunakan juga dapat disesuaikan dengan materi pembelajaran.  Sejalan dengan pandangan tersebut Hermawan dkk (2007, hlm. 21) mengkatagorikan media menjadi:
1.      Media by utilization merupakan media yang terdapat di pasaran dan tinggal pakai. jenis media ini mencakup media yang tidak dengan sengaja dirancang untuk kepentingan pembelajaran namun bisa dimanfaatkan untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran.
2.      Media by design merupakan media yang dengan sengaja dirancang dan dipersiapkan sesuai dengan tuntutan kompetensi/tujuan pembelajaran.
 Guru yang kreatif tentu saja dapat membuat media pembelajaran sendiri yang disesuaikan dengan kompetensi, tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada yang tersedia dilingkungan dan tanpa harus mengeluarkan biaya yang mahal guru bisa membuat media pembelajaran yang inovatif yang dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Selain dapat meminimalisir keuangan penggunaannya pun lebih mudah karena media tersebut dibuat langsung oleh guru.
Ada beberapa prinsip umum dalam pembuatan media pembelajaran menurut Aqib (2014, hlm. 52).
“(1) mudah dilihat (Visible); (2) menarik (Interesting); (3) sederhana (Simple); (4) bermanfaat bagi pelajar (Useful); (5) benar dan tepat sasaran (Accurate); (6) sah dan masuk akal (Legitimate); (7) tersusun secara baik atau runtut (Structured) ”

Lebih lanjut, Hermawan dkk (2007, hlm. 22) mengkelompokan media pembelajaran menjadi beberapa jenis, diantaranya:
1.    Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Media visual ini tersiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non- projected visual).

a.    Media visual yang dapat diproyeksikan (projected visual)
Media visual yang dapat diproyeksikan apada dasarnya adalah media yang menggunakan alat proyeksi (projector) sehingga gambar atau tulisan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam (still pictures) seperti; opaque projector, slide projector, dan overhead projector,  dan media proyeksi gerak (motion pictures) seperti; filmstrips, flim, dan LCD.
b.    Media visual yang tidak dapat diproyeksikan (non- projected visual)
Jenis media visual yang tidak dapat diproyeksikan ini mencakup:


a)    Gambar fotografik
Gambar fotografik ini seperti fotografik ini termasuk kedalam gambar diam atau mati (still pictures), misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan isi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

Media gambar fotografik ini meruapakn media pandang atau media visual berupa gambar diam yang dapat meraik perhaitian siswa dan dapat mengembangkan daya imaginatif siswa sehingga hasil belajarnya pun sesuai dengan apa yang diharapkan.
b)   Grafis
Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Cukup banyak media grafis ini, namun yang sering dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya: grafik, bagan, diagram, poster, kartun atau karikatur, dan komik.
c)    Media tiga dimensi
Media tiga dimensi merupakan media realia yaitu media visual yang berfungsi untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa.

2.    Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan para siswa untuk mempelajarai bahan ajar.
3.    Media Audio-Visual
Media audio-visual merupakan kombinasi audio dan visual atau dapat disebut dengan media pandang-dengar.

c.                  Manfaat Media Pembelajaran
Beberapa manfaat dari media pembelajaran menurut Hermawan, dkk (2007, hlm. 11-12) antara lain:
1.      Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang masih dirasakan bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada siswa bisa dikonkretkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran.

Manfaat dari media pembelajaran membuat konkret konsep-konsep yang bersifat abstrak ataupun kosep yang sulit dimengerti oleh siswa jika hanya diutarakan secara verbal saja, sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas II yang cara berpikirnya masih konkret dan belum memahami konsep yang sifatnya abstrak.
2.      Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.
3.      Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil.
4.      Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Selain manfaat yang telah disebutkan diatas, masih banyak lagi manfaat media pembelajaran yang lainnya, yaitu:
1.      Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya.
2.      Memungkinkan adanya keseragaman pengamatan atau persepsi belajar pada masing-masing siswa.
3.      Membangkitkan motivasi belajar siswa.
4.      Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun disimpan menurut kebutuhan.
5.      Menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak kepada siswa.
6.      Mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
7.      Mengontrol arah dan kecepatan belajaran siswa.

Bebagai manfaat yang telah paparkan tentunya untuk memfasilitasi sekaligus memberikan kemudahan kepada guru untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sifatnya abstrak ataupun objek pembelajaran yang tidak mungkin dihadirkan secara langsung di dalam kelas karena keterbatasan ruang dan waktu. Selain memberikan kemudahan bagi guru, media pembelajaran juga dapat memotivasi siswa serta dapat membatu siswa lebih cepat memahami materi yang diajarkan. Dengan adanya media pembelajaran maka situasi pembelajaran akan lebih efektif, efisien, dan menyenangkan bagi siswa.

2.                  Media Gambar Fotografik
a.                  Pengertian Media Gambar Fotografik
Gambar fotografik atau seperti fotografik ”termasuk kedalam gambar diam/mati (still pictures), misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainya yang ada kaitanya dengan isi/bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa” Hermawan, dkk (2007, hlm. 11-12). Sedangkan menurut Indriana (2011, hlm. 64) “media gambar diam merupakan media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi”.   
Kesimpulan dari pedapat para hali bahwa media gambar fotografik merupakan media visual yang berbentuk gambar diam/mati bisa berupa gambar biatang, manusia, bunga ataupun objek lainnya yang dihasilan melalui fotografi.
b.                 Keunggulan Media Fotografik
Menurut Hermawan, dkk (2007, hlm. 24) menyebutkan beberapa keunggualan dari media gambar fotografik, antara lain:
1.      Dapat menerjemahkan ide atau gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistik.
Pandangan tersebut dapat diartikan bahwa media visual gambar fotografik ini dapat mengkongkretkan ide, gagasan, ataupun konsep pembelajarannya yang sifatnya abstrak menjadi lebih nyata atau real. Ini sangat sesuai sekali dengan fase perkembangan anak SD khusunya kelas II yang cara berpikirnya masih bersifat konkret. Media gambar fotografik ini mampu menampilkan gambar yang sesuai kenyataan yang dapat mengkonstruiksi pemikiran anak dan daya imaginatifnya pun berkembang.
2.      Banyak tersedia dalam buku-buku (termasuk buku teks), majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya.

Pada zaman sekarang tentu saja bukan hal yang sulit untuk mendapatkan gambar yang sesuai. Karena gambar tersebut bisa kita dapatkan dari berbagai media cetak, buku pembelajaran, ataupun kita bisa searching melalui media internet. Guru yang kreatif bisa saja membuat ilustrasi gambar yang dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3.      Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.

Selain mudah didapatkan media gambar fotografik juga mudah dan aman untuk digunakan. Hanya saja ukuran gambar tersebut harus diseuaikan dengan banyak siswa dan luas ruangan kelas, jangan sampai gambar yang kita gunakan terlalu kecil ataupun terlalu besar yang nantinya akan mengganggu keefektifan proses pembelajaran.
4.      Tidak mahal, bahkan mungkin tidak memerlukan biaya untuk mengadakannya.

Hanya sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media gambar fotografik, atau bahkan kita tidak perlu mengeluarkan biaya sedikitpun untuk mendapatkannya karena cukup dengan kita memanfaatkan koran, majalah, buku certia dan lain-lain yang sudah tidak terpakai.
5.      Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua mata pelajaran/disiplin ilmu.
c.                  Kelemahan Media Fotografik
Selain beberapa keuntungan di atas, terdapat juga sedikit kelemahan dari media gambar fotografik ini menurut  Hermawan, dkk (2007, hlm. 24), adapun beberapa kelemahannya antara lain:
1.      Terkadang ukuran gambar-gambarnya terlalu kecil jika digunakan pada suatu kelas yang memiliki banyak siswa.
2.      Gambar fotografik merupakan media dua dimensi yang tidak bisa menimbulkan kesan gerak.

Dalam setiap media pembelajaran tentu terdapat kelemahannya, namun kelemahan tersebut dapat diminimalisir oleh guru jika dalam penggunaan media tersebut sesuai dengan ketentuan. Ataupun hal-hal yang kurang jelas yang tidak dapat didefinisikan hanya dengan menggunakan media saja, dapat di jelaskan dan dikembangan lagi oleh guru sehingga siswa memahaminya.

d.                 Kriteria dalam Memilih Gambar Fotografik
Ada beberapa kriteria dalam memilih gambar fotografik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran menurut Daryanto (2012, hlm. 112-114) diantaranya:
1.      Gambar fotografik itu harus cukup memadai. Artinya, pantas untuk tujuan pengajaran, yaitu harus menapilkan gagasan, bagian informasi atau satu konsep jelas mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran.
Pemilihan gambar fotografik tidak boleh sembarangan, tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan pembalajaran. Tidak sebatas menampilkan gambar yang full color tetapi gambar tersebut harus memberikan informasi ataupun konsep yang jelas yang disesuaikan dengan kebutuhan.
2.      Gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu. Artinya, gambar itu harus bernilai proporsional, perspektif, keseimbangan dan keterpaduan.
3.      Gambar fotografik untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.

Ukuran gambar fotografik yang akan digunakan dalam pembelajaran garus diperhatikan harus disesuaikan dengan banyak siswa dan ruangan kelas. Jangan sampai gambar terlalu besar ataupun terlalu kecil yang nantinya akan berdampak kepada ketidakefektifan dan ketidakefisienan dalam pembelajaran.
4.      Validitas gambar.
5.      Memikat perhatian pada anak-anak.

Gambar yang dapat memikat perhatian anak yaitu gambar yang dipenuhi dengan warna (full color) karena gambar akan terkesan hidup dan tidak monoton.

e.                  Penggunaan Media Gambar Fotografik dalam Pembelajaran
Gambar fotografik ini merupakan media visual berupa gambar diam yang diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada siswa kelas II dalam menulis kalimat. Dalam proses pembelajaran guru menampilan beberapa gambar dalam ukuran yang cukup besar sehingga semua siswa dapat melihat gambar tersebut. Semua gambar yang telah disediakan kemudian ditempelkan dalam papan tulis. Melalui bimbingan guru, siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar kemudian dituangkan ke dalam sebuah kalimat. 

3.                  Keterampilan Menulis
a.                  Pengertian Menulis
Menulis merupakan “suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.” menurut Tarigan, (2008, hlm. 3). Pendapat lain Akhadiah (dalam Abdidin, 2013, hlm. 181) memandang bahwa “menulis adalah sebuah proses, yaitu proses menuangkan gagasan atau ide ke dalam bahasa tulis yang dalam praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahapan yang merupakan suatu sistem yang utuh”. Lebih lanjut, Suriamiharja (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 116) mengatakan bahwa “menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis”.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang menulis yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung lewat bahasa tulis sehingga dapat menuangkan ide,  mengungkapkan pikiran, gagasan, dan kehendak kepada orang lain.  


b.                 Tujuan Menulis
Tujuan Menulis menurut Hartig (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 118) menyatakan tujuan menulis adalah sebagai berikut:
1.      Tujuan penugasan (assignment purpose)
Kegiatan menulis dilakukan karena ditugaskan menulis sesuatu, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya, mahasiswa ditugaskan menulis laporan buku sekretaris membuat notulen rapat.

Dalam pendidikan formal di sekolah dasar menulis lebih ditujukan untuk memberikan penugasan pada siswa. Misalnya, dengan memperhatikan gambar siswa mampu menulis kalimat. Menulis ini merupakan suatu kebutuhan maka melalui penugasan dalam bentuk membuat kalimat ataupun membuat karangan siswa diharapkan terlebih dahulu mampu untuk menulis, kemudian setelah mampu menulis siswa terampil dalam menulis.
2.      Tujuan altruistik (altruitic purpose)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3.      Tujuan persuasif (persuasive purpose)
Tulisan bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4.      Tujuan penerangan (informational purpose)
Tulisan ini bertujuan untuk memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca.
5.      Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose)
Tulisan bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
6.      Tujuan kreatif (creative purpose)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tujuan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7.      Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Secara lebih spesifik terdapat tiga tujuan menulis dalam pembelajaran bahasa indonesia di sekolah menurut Abidin (20013, hlm. 187) “(1) menumbuhkan kecintaan menulis kepada diri siswa, (2) mengembangkan kemampuan siswa menulis, (3) membina jiwa kreatifitas para siswa untuk menulis”.

c.                  Fungsi Menulis
Berikut merupakan beberapa fungsi menulis menurut Tarigan (dalam Resmini dan Juanda, 2007, hlm. 117) antara lain:
1.      Fungsi penataan
Pada waktu menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan penataan terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkan tulisan itu, maka pikiran, gagasan, dan lain-lain itu diwujudkan secara tersusun.
2.      Fungsi pengawetan
Hal-hal yang kita tulis biasanya kita simpan untuk dibaca kembali pada saat yang lain baik oleh penulis sendiri maupun oleh orang lain. Karena diutarakan secara tertulis maka pengutaraan itu dapat lebih awet atau lebih lama didokumentasikan, terutama dokumen yang sangat berharga yang perlu dibaca ulang pada saat diperlukan kembali.
3.      Fungsi penciptaan
Mengarang berarti menciptakan sesuatu yang baru di antara gagasan, pikiran, pendapat, atau imajinasi itu mungkin tidak ada sebelumnya atau tidak demikian sususannya. Kemudian kita menulis atau mengarang sehingga terciptalah sesuatu yang baru. Karangan sastra menunjukkan fungsi penciptaan.
4.      Fungsi penyampaian
Gagasan, pikiran, imajinasi itu yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tulisan dapat dibaca atau disampaikan kepada yang lain.

4.                  Menulis Kalimat
a.                  Pengertian Kalimat
Alwi, dkk (2003, hlm. 311) menyatakan bahwa “kalimat adalah bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapakan pikiran yang utuh”. Sedangkan menurut pandangan Keraf (dalam Cayhani dan Rosmana, 2006, hlm. 70) menyatakan bahwa
“Menurut tata bahasa taridosional, kalimat adalah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap; sedangkan menurut tata bahasa struktural, kalimat adalah bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap”.
Dari kedua pandangan ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa lisan atau tulisan, yang mengungkapakan suatu pemikiran yang utuh, ketika diucapkan memiliki pola berintonasi.
b.                 Ciri-Ciri kalimat
Adapun ciri-ciri kalimat menurut Alwi, dkk (2003, hlm. 311) diantaranya:
1.      Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya.
2.      Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!).
3.      Sementara itu, di dalam kalimat disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi.
4.      Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir.
5.      Tanda baca lainnya sepadan dengan jeda.
6.      Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.

c.                  Unsur-Unsur Kalimat
Berikut beberapa unsur-unsur dalam sebuah kalimat menurut Alwi, dkk (2003, hlm. 326-330), antara lain:
1.    Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaks terpenting yang kedua setelah predikat. pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
2.    Predikat
Kalimat merupakan konstituen pokok yang disertai dengan konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen pelengkap dan atau keterangan wajib disebelah kanan.
3.    Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadiranya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikatnya.
4.    Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaks yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan ini dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat.
5.    Pelengkap
Pelengkap ini sering dicampurpadukan dengan pengertian objek atau pelengkap. Hal itu dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek atau pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba. 

Selanjutnya Klik Link Di Bawah Ini :
PROPOSAL BAG. 1
PROPOSAL BAG. 2
PROPOSAL BAG. 3
PROPOSAL BAG. 4
PROPOSAL BAG. 5
Tag : PROPOSAL
Iklan 655 x 60
0 Komentar untuk "Contoh Proposal Penggunaan Media Gambar Fotografik Dalam Pembelajaran Menulis Kalimat Di Kelas II Sekolah Dasar Bag. 3"

Back To Top