DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A.
Hakikat
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Cara pandang guru terhadap hakikat
pendidikan IPA sangat mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang diselenggarakan
guru bersama siswa.Oleh karenanya pemahaman yang benar tentang hakikat
pendidikan IPA mutlak diperlukan guru.
Kurikulum Pendidikan Dasar menyebutkan
bahwa “Pembelajaran IPA dilakukan sejak kelas III, sedangkan untuk kelas I dan
II diberikan dalam bentuk integrasi dengan pembelajaran lain”. Berdasarkan
pendapat ini, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA sudah diberikan sejak
siswa duduk di kelas I. Namun, dalam pelaksanaannya untuk kelas I, II, III
digabungkan dengan mata pelajaran yang lain.
Pembelajaran IPA dalam kurikulum yang
mulai diberlakukan sekarang, yaitu kurikulum KTSP, memiliki pengertian sebagai
berikut: “IPA berkaitan dengan cara memberi tahu tentang alam secara sistematik
dan bukan hanya kemampuan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesis yang dilakukan oleh para ahli”.
|
Modifikasi pembelajaran IPA dan
keterampilan proses IPA untuk siswa sekolah dasar, Paolo dan Martin (dalam
Iskandar, 1996 : 15) mendefinisikan sebagai berikut. “IPA untuk anak-anak dapat
dimodifikasi seperti berikut ini: (1) mengamati apa yang terjadi; (2) mencoba
memahami apa yang terjadi; dan (3) mempergunakan pengetahuan baru meramalkan
apa yang akan terjadi”.
Ahli lain, yaitu Darmodjo (1992 : 51)
menjelaskan tentang modifikasi pengajaran IPA sekolah dasar dengan menampilkan
10 keterampilan proses, seperti berikut ini:
1. Mengobservasi,
2. Mengklasifikasi,
3. Menginterpretasi,
4. Memprediksi,
5. Membuat
hipotesis,
6. Mengendalikan
variabel,
7. Merencanakan
dan melakukan penelitian,
8. Menyimpulkan,
9. Mengaplikasi,
dan
10. Mengkomunikasikan
Keterampilan mengobservasi atau
mengamati merupakan keterampilan meggunakan semua pancaindra untuk memperoleh
data atau informasi yang meliputi: kemampuan membedakan, menghitung dan mengukur,
setelah terkumpul data selanjutnya dilakukan pengklasifikasian, yaitu
menggolongkan dan mengurutkan objek pengamatan atas dasar aspek tertentu.
Kegiatan berikutnya menginterpretasikan yaitu menafsirkan data, grafik, maupun
mencari pola hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
Keterampilan memprediksi, yaitu
keterampilan memperkirakan atau meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan
kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang diperoleh.
Membuat hipotesa dimaksudkan untuk menduga-duga, tentang kejadian alam melalui
proses pemikiran, mengendalikan variabel, merencanakan dan melakukan penelitian
menjadi langkah terpenting karena dengan mengatur variabel sedemikian rupa
diharapkan adanya perbedaan pada akhir eksperimen adalah benar-benar karena
pengaruh variabel yang diteliti dan sesuai dengan perencanaan. Perencanaan
dapat berupa penetapan masalah, penetapan hipotesa, bahan dan alat eksperimen
serta langkah-langkah dan waktunya, format observasi yang dilanjutkan dengan
melakukan eksperimen untuk menguji hipotesa.
Siswa diakhir eksperimen dapat diarahkan
untuk mengambil kesempatan dan mengklasifikasikan konsep-konsep hasil
penelitian dalam kehidupan, serta mampu mengkomunikasikan pengetahuannya, hasil
pengamatan, maupun hasil penelitiannya kepada orang lain, baik secara lisan
maupun tertulis.
Tujuan dimodifikasikannya pengajaran IPA
pada kurikulum 2006 sebagai berikut:
Pengajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar siswa:
1. Mengembangkan
rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, teknologi dan masyarakat.
Mengembangkan keterampilan proses.
2. Mengembangkan
kesadaran tentang peranan dan pentingnya IPA.
3. Ikut
serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
4. Menghargai
ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa
tujuan dimodifikasi pengajaran IPA yaitu meningkatkan kemampuan siswa terhadap
mata pelajaran IPA.
B.
Pembelajaran
IPA Berdasarkan Kurikulum 2006
1.
Pengertian
Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Kurikulum 2006
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) tahun 2004 maupun dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) secara eksplisit berupa mata pelajaran
mulai diajarkan mulai kelas III sampai kelas VI. Sedangkan di kelas I dan kelas
II terintegrasi bersama mata pelajaran yang lainnya.Pendidikan IPA di sekolah
dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Berikut pengertian
IPA menurut kurikulum 2006 :
“Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (KTSP, 2006:193)”.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
diartikan bahwa IPA tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep saja tetapi
IPA juga merupakan proses penemuan. Hal ini dilakukan agar siswa benar-benar
terlibat dalam proses pembelajaran.
Pendidikan IPA menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa
difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan
atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang
dirinya dan alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi: keterampilan
mengamati dengan seluruh indera; keterampilan menggunakan alat dan bahan secara
benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan;
menggolongkan data; menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara
beragam, serta menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk
menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Pada dasarnya,
pembelajaran IPA harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara untuk mencari
tahu dan cara untuk mengerjakan atau melakukan yang dapat membantu siswa
memahami fenomena alam secara mendalam.
Pengertian pembelajaran IPA di sekolah
dasar adalah aktifitas siswa sekolah dasar untuk mencari tahu tentang materi
IPA melalui proses penemuan, sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia
khususnya, dan aspek kehidupan pada umumnya.
Pembelajaran IPA di SD merupakan langkah
awal bagi siswa dalam melakukan penyelidikan, penggolongan, dan
pengukuran.Aktifitas pengujian ilmiah dilakukan siswa dengan memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar siswa.
2.
Fungsi
dan Tujuan IPA di SD Berdasarkan Kurikulum 2006
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar yang pelaksanaannya
berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk kelas I, II, III, IV,
V dan VI. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar (SD) berfungsi
untuk menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari serta untuk
melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Adapun tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menurut
Kurikulum 2006 (BSNP 2006:26) adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh
keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.
5. Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6. Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan
pendidikan ke SMP/Mts.
Berdasarkan tujuan tersebut, disimpulkan
bahwa secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan
kurikuler pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dalam kurikulum pendidikan
dasar adalah mendidik siswa agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan
ilmiah, bersikap ilmiah dan religius.
3.
Ruang
Lingkup IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA di SD
menurut Kurikulum 2004 dan KTSP meliputi dua aspek sebagai berikut :
a. Kerja
Ilmiah yang mencakup :
1)
Penyelidikan/Penelitian
Siswa menggali pengetahuan yang
berkaitan dengan alam dan produk teknologi melalui refleksi dan analisis untuk
merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, mengkomunikasikan
kesimpulan, serta menilai rencana prosedur dan hasilnya.
b. Berkomunikasi
Ilmiah
1) Siswa
mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannya kepada berbagai
kelompok sasaran untuk berbagai tujuan.
2) Pengembangan
Kreatifitas dan Pemecahan Masalah
Siswa mampu berkreatifitas dan
memecahkan masalah serta membuat keputusan dengan menggunakan metode ilmiah.
3) Sikap
dan Nilai Ilmiah
Siswa mengembangkan sikap ingin tahu,
tidak percaya tahayul, jujur dalam menyajikan data faktual, terbuka pada
pikiran dan gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli
terhadap mahluk hidup dan lingkungan, tekun dan teliti.
c. Pemahaman
Konsep dan Penerapannya, yang mencakup :
1)
Mahluk hidup dan proses kehidupan, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2)
Benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3)
Energi dan perubahannya meliputi: gaya,
bunyi, panas, magnet, listrik cahaya dan pesawat sederhana.
4)
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah,
bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
5)
IPA, Lingkungan, Teknologi, dan
Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan konsep IPA dan saling
keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan
suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
4.
Rambu-Rambu
Pembelajaran IPA
Dalam setiap pembelajaran tentunya
mempunyai rambu-rambu pembelajaran tertentu, begitu pula dengan pembelajaran
IPA. Dengan mengkaji kurikulum 2004 dalam Mulyana (2005 : 30-31) diperoleh
rambu-rambu pembelajaran IPA sebagai berikut:
a. Bahan
kajian IPA untuk kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang
berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara sistematis.
b. Aspek
kerja ilmiah atau keterampilan proses bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk
menyampaikan bahan pembelajaran. Aspek kerja ilmiah terintegrasi dalam kegiatan
pembelajaran. Pemilihan kegiatan dalam aspek ini disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak artinya tidak perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap
kegiatan.
c. Pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Pengalaman
belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan
melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan narasumber lain.
d. Pemberian
pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami
konsep-konsep dan mampu memecahklan masalah.
e. Pembelajaran
IPA data dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan,
pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca,
wawancara narasumber, simulasi/bermain, peran, nyanyian, demonstrasi/peragaan
model.
f. Kegiatan
pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsung daripada
pengajaran (mengajar).Guru berperan sebagai fasilitator sehingga siswa lebih
aktif berperan dalam proses belajar. Guru memberikan peluang seluas-luasnya
agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberi respon yang mengaktifkan
semua siswa secara positif dan edukatif.
g. Apabila
dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asal masih dalam
semester yang sama.
h. Penilaian
tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan secara terintegrasi
(tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar
dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk). Penilaian IPA dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pengamatan, kuesioner, skala
sikap, portofolio, hasil proyek.
Adapun rambu-rambu pembelajaran IPA,
menurut Depdiknas (2002 : 5) adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman
belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembanagan
keterampilan proses serta sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami
konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang digunakan
dalam IPA (sains) antara lain: mengamati, menggolongkan, mengukur, menggunakan
alat, mengkomunikasikan hasil, menafsirkan, memprediksi dan melakukan
percobaan-percobaan. Sikap-sikap yang dikembangkan agar siswa mampu bekerja
secara ilmiah antara lain: rasa ingin tahu, mau bekerja sama, keterbukaan
pikiran, tekun dan tidak mau menyerah.
b. Meskipun
evaluasi hasil belajar atau evaluasi lainnya dilakukan dengan fokus ranah
kognitif melalui tes, akan tetapi guru dapat melakukan penilaian di kelas untuk
ranah psikomotor (keterampilan) dan afektif (sikap) dengan menggunakan beragam
alat penilaian seperti tes (tes tertulis data perbuatan) dan non tes
(observasi, hasil karya dan laporan).
c. Kegiatan
pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui beragam kegiatan seperti pengamatan, pengujian/penelitian
sederhana, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara
narasumber, simulasi/bermain peran, nyanyian, serta demonstrasi/peragaan model.
d. Arahkan
kegiatan pembelajaran dengan fokus ‘learning’ lebih utama dari pada fokus pada
‘teaching’ sehingga guru dapat menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dalam
proses belajar, serta mambiasakan diri untuk memberi respon positif dan
edukatif terhadap segala prilaku siswa yang menyimpang. Semua siswa perlu
terlibat aktif pada kegiatan pembelajaran.
C.
Konsep
Sifat-sifat Cahaya
Ketika
kita melihat kolam yang jernih pada siang hari, kita dapat melihat dasar kolam
tersebut.Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya yang memancar atau
dipantulkan dari benda tersebut yang sampai ke mata. Cahaya ada dua macam,
yaitu:
1. Cahaya
yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari, senter, lilin dan lampu.
2. Cahaya
yang memancar dari benda akibat memantulnya cahaya pada permukaan benda
tersebut dari sumber cahaya. Misalnya, jika melihat benda berwarna biru artinya
benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru.
Cahaya
yang sering kita lihat merupakan cahaya tampak.Cahaya tampak sebenarnya
tersusun atas semua warna pelangi. Jika sinar matahari menembus butiran air
hujan, akan dibelokkan dan diuraikan menjadi tujuh warna. Tujuh warna tersebut antara
lain, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Benda akan tampak hitam
jika benda tersebut menyerap semua warna cahaya. Benda akan terlihat putih jika
benda tersebut memantulkan semua warna cahaya.
Cahaya
sangat bermanfaat bagi kehidupan.Cahaya membuat dunia ini
terangbenderang.Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita.
Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu, diantaranya sebagai berikut:
1.
Cahaya
Merambat Lurus
Saat
berjalan di kegelapan, kita membutuhkan senter.Ketika senter dinyalakan, cahaya
dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Benarkah cahaya
merambat lurus? Kita dapat melihat pembuktiannya berdasarkan gambar 1.
Berdasarkan
dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber
cahaya dan benda gelap.Benda sumber cahaya dapat memancarakan cahaya. Contoh
benda sumber cahaya yaitu matahari, lampu, dan nyala api. Sementara itu, benda
gelap tidak dapat memancarkan cahaya.Contoh benda gelap yaitu batu, kayu dan
kertas.
Berdasarkan
dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus
cahaya dan benda tembus cahaya.Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan
cahaya yang mengenainya.Apabila dikenai cahaya,benda ini akan membentuk
bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks,
kayu, dan tembok.
Sementara
itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda
tembus cahaya yaitu kaca. Coba soroti jendela kaca dengan lampu senter, cahaya
lampu senter dapat menembus kaca.
2.
Cahaya
Dapat Dipantulkan
Coba
ambil senter! Nyalakan lampu senter itu dan arahkan ke cermin! Apa yang kamu
lihat? Setelah mengenai permukaan cermin, cahaya lampu senter itudipantulkan.
Coba carilah letak cahaya pantulan lampu senter itu!
Pemantulan
cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan
teratur. Pemantulan baur terjadiapabila cahaya mengenai permukaan yangkasar
atau tidak rata.Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementaraitu,
pemantulan teratur terjadi jika cahayamengenai permukaan yang rata, licin, dan mengkilap.
Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulanini
sinar pantul memiliki arah yang teratur.
Cermin
merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya
ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu
cermin cembung dan cermin cekung.
a.
Cermin Datar
Cermin
datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung. Cermin
datar biasa kamu gunakan untuk bercermin. Pada saat bercermin, kamu akan
melihat bayanganmu di dalam cermin.
Kita dapat mengetahui bahwa bayangan pada cermin
datar mempunyai sifat-sifat berikut:
1)
Ukuran (besar dan tinggi) bayangan sama dengan ukuran benda.
2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda
ke cermin.
3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda.
Misalnya tangan kirimu akan menjadi tangan kanan bayanganmu.
4) Bayangan tegak seperti bendanya.
5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya,
bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar.
b.
Cermin Cembung
Cermin
cembung yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya melengkung ke arah luar. Cermin
cembung biasa digunakan untuk spion pada kendaraan bermotor. Bayangan pada
cermin cembung bersifat maya,tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda
yang sesungguhnya.
c.
Cermin Cekung
Cermin
cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin
cekung biasanya digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat
bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda
terhadap cermin.
1)
Jika benda dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar,
dan semu (maya).
2)
Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata (sejati) dan terbalik.
3.
Cahaya
Dapat Dibiaskan
Apabila cahaya merambat melalui dua zat
yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebutakan dibelokkan. Peristiwa pembelokan
arah rambatan cahaya setelah melewati mediumrambatan yang berbeda disebut pembiasan.
Perhatikan skema pembiasan cahaya berikut!
Apabila cahaya merambat dari zat yang
kurang rapat kezat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis
normal.Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya,apabila cahaya
merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yangkurang rapat, cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal.Misalnya cahaya merambat dari air ke udara.
Pembiasan cahaya sering kamu jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal
daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil
yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak
patah.
4.
Cahaya
Dapat Diuraikan
Pelangi terjadi karena peristiwa
penguraian cahaya (dispersi).Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi
berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat berwarna putih. Namun,
sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyakcahaya berwarna. Cahaya matahari
diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.
Kamu juga dapat mengamati peristiwa
dispersi cahaya padabalon air. Kamu dapat menggunakan air sabun untuk membuat balon
air. Jika air sabun ditiup di bawah sinar matahari, kamu akan melihat berbagai
macam warna berkilauan pada permukaan balon air tersebut.
D.
Metode
Eksperimen
1.
Pengertian
Metode Eksperimen
Guru harus pandai memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik psikologis siswa dan
karakteristik pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini dilakukan agar siswa
benar-benar aktif mengikuti pembelajaran dan pembelajaran tersebut bermakna
bagi siswa.
Salah satu metode yang dapat
meningkatkan kebermaknaan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupkan
metode mengajar yang mengarahkan siswa untuk memahami suatu materi atau ilmu
pengetahuan dengan cara mereka melakukan suatu percobaan yang langsung
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajarai. Hal tersebut berkaitan dengan
ungkapan Djamarah, dkk (2002: 95) bahwa “Metode eksperimen (percobaan) adalah
cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Senada dengan pendapat Djamarah,
Sagala (2006: 220) mengatakan bahwa “Metode eksperimen adalah cara penyajian
bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari”.
Metode eksperimen hampir sama dengan
metode demonstrasi, tetapi ada perbedaan dalam pelaksanaanya yaitu dalam metode
eksperimen siswa memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan percobaan. Hal
ini sejalan dengan pendapat Ali (2007: 85) bahwa “Demonstrasi hanya
mempertunjukan suatu proses didepan kelas, sedangkan eksperimen memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri tentang proses yang
dimaksud”.
Dalam pelaksanaanya, eksperimen lebih
menekankan pada pengamatan secara proses. Hal ini diungkapkan oleh Winataputra
(1997: 4: 20) bahwa “Metode eksperimen merupakan metode mengajar yang dalam
penyajian atau pembahasan materinya melalui percobaan atau mencobakan sesuatu
serta mengamati secara proses”. Secara lebih rinci Nana Sudjana (2002: 83)
menjelaskan bahwa :
“Metode eksperimen digunakan bila siswa
bermaksud untuk mengetahui tentang bagaimana proses mengaturnya, bagaimana
proses membuatnya, bagaimana proses bekerjanya, bagaimana proses menggunakannya,
bagaimana proses mengetahui kebenarannya, terdiri dari apa, dan cara mana yang
paling baik”.
Berdasarkan definisi-definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang
sangat efektif untuk dilaksanakan karena dapat membantu siswa mencari jawaban
dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang benar. Dalam proses belajar
mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti poses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau
proses sesuatu. Dengan demikian siswa akan terlibat secara mental maupun fisik
untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa
akan terbiasa bersikap seperti ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet,
obyektif/jujur, kreatif dan menghormati pendapat orang lain.
Peran guru dalam metode eksperimen ini
sangat penting, terutama yang berkaitan dengan ketelitian dan kecermatan
sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan metode eksperimen.
2.
Karakteristik
Metode Eksperimen
Karakteristik metode eksperimen menurut
Winataputra (1997: 4.20) adalah “adanya alat bantu yang digunakan, siswa aktif
mencobakan, guru membimbing, tempat dikondisikan, ada pedoman untuk siswa, ada
topik yang dieksperimen, serta ada temuan-temuan”.Lebih lanjut Winataputra
menjelaskan ada enam pengalaman belajar yang diharapkan dimiliki siswa melalui
eksperimen yaitu mengamati sesuatu, membuktikan hipotesis, menemukan hasil
percobaan, membuat kesimpulan, membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan
menerapkan konsep informasi dari eksperimen yang telah dilaksanakan tersebut.
Berdasarkan kutipan tersebut jelaslah
bahwa metode eksperimen dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa mendapat
pengalaman belajar yang bermakna.
3.
Petunjuk
Pelaksanaan Metode Eksperimen
Pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen harus memperhatikan petunjuk pelaksanaan agar
mencapai hasil yang diinginkan.Berikut petunjuk penggunaan metode eksperimen
menurut Nana Sudjana dan Muhammad Ali.
Petunjuk penggunaan metode eksperimen
menurut Nana Sudjana (2002: 84) adalah :
a. Persiapan/
perencanaan
1) Tetapkan
tujuan eksperimen
2) Tetapkan
langkah-langkah pokok eksperimen
3) Siapkan
alat-alat yang diperlukan
b. Pelaksanaan
Eksperimen
1) Usahakan
eksperimen dapat diamati dan diikuti oleh seluruh kelas
2) Tumbuhkan
sikap kritis pada siswa sehingga terdapat tanya jawab dan diskusi tentang
masalah yang dieksperimenkan
3) Beri
kesempatan setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa merasa yakin tentang
kebenaran suatu proses
4) Buatlah
penilaian dari kegiatan siswa dalam eksperimen tersebut
c. Tindak
Lanjut Eksperimen
Setelah
eksperimen selesai, berilah tugas kepada siswa baik secara tertulis maupun
secara lisan.
Selanjutnya langkah-langkah dalam
melakukan metode eksperimen menurut Muhammad Ali (2007: 85) adalah :
1. Merumuskan
tujuan yang jelas tentang kemampuan yang akan dicapai siswa
2. Mempersiapkan
semua peralatan yang dibutuhkan
3. Memeriksa
apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau tidak
4. Menetapkan
langkah pelaksanaan agar efisien
5. Memperhitungkan/
menetapkan alokasi waktu
6. Memberikan
penjelasan secukunya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen
7. Membicarakan
dengan siswa tentang langkah yang harus ditempuh, bahan yang diperlukan,
variabel yang perlu diamati dan hal yang perlu dicatat
8. Membuat
kesimpulan dan melakukan evaluasi
Berdasarkan kedua kutipan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan metode eksperimen terdiri dari merumuskan tujuan,
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, menetapkan langkah pelaksanaan,
memberikan penjelasan kepada siswa tentang apa yang harus dilakukan dalam
eksperimen, memberi tahu siswa langkah yang harus ditempuh, bahan yang diperlukan,
variabel yang perlu diamati, membuat kesimpulan dan melakukan penilaian dari
kegiatan yang dilakukan siswa dalam eksperimen.
4.
Keunggulan
dan Kelemahan Metode Eksperimen
Setiap metode mempunyai kebaikan dan
kelemahan.Begitu pula dengan metode eksperimen.
Kebaikan metode eksperimen menurut
Sagala (2006:220) sebagai berikut:
1) Metode
ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
2) Dapat
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris (menjelajah) tentang
sains dan teknologi; suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan;
3) Metode
ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain:
a)
Siswa belajar dengan mengalami atau
mengamati sendiri suatu proses atau kejadian
b)
Siswa terhindar jauh dari verbalisme
c)
Memperkaya pengalaman dengan hal-hal
yang bersifat objektif dan realistis (bersifat nyata/wajar)
d)
Mengembangkan sikap berpikir ilmiah
e)
Hasil belajar akan
tahan lama dan internalisasi
Sedangkan menurut Djamarah, dkk
(2002:96) kelebihan metode eksperimen diantaranya:
1) Membuat
siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan
2) Dalam
membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia
3) Hasil-hasil
percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia
Secara lebih khusus Winataputra
mengemukakan keunggulan metode eksperimen bagi siswa yaitu bahwa metode
eksperimen:
(1) dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa; (2) dapat membangkitkan rasa ingin menguji
sesuatu; (3) menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik; (4) isi
pembelajaran dapat bersifat aktul; (5) siswa mampu membuktikan sesuatu; (6)
dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah; (7) belajar membuktikan sesuatu,
(Winataputra, 1997:220)
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas
dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode yang sangat baik
untuk digunakan terutama dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena dengan
eksperimen, siswa mengalami dan melakukan langsung apa yang sedang dipelajari
sehingga pengetahuan yang disampaikan akan lama tertanam dalam benak siswa.
Selain itu metode eksperimen dapat menumbuhkan sikap ktiris dan ingin tahu
sehingga siswa akan berusaha mencari sendiri apa yang ingin diketahui dan
dibuktikan kebenarannya.
Adapun kelemahan metode eksperimen
seperti diungkapkan oleh Sagala, sebagai berikut:
1) Pelaksanaan
metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
selalu mudah diperoleh dan murah;
2) Setiap
eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada
faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau
pengendalian; dan
3) Sangat
menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan
mutakhir. (Sagala, 2006:221)
Kelemahan yang diungkapkan oleh Sagala
sejalan dengan ungkapan dari Djamarah, namun Djamarah mengungkapkan lebih luas
lagi yaitu bahwa metode kesperimen lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan
teknologi.Selain itu metode eksperimen menuntut ketelitian, keuletan, dan
ketabahan.
Secara lebih khusus Winataputra (1997:
220) mengungkapkan bahwa kelemahan metode eksperimen adalah:
(1) memerlukan
alat pembelajaran dan biaya; (2) memerlukan waktu yang relatif banyak; (3) bila
siswa kurang motivasi maka eksperimen tidak akan sukses; (4) sedikit sekolah
yang memiliki sarana untuk eksperimen; (5) siswa belum terbiasa dengan
eksperimen.
Untuk mengatasi kelemahan metode
eksperimen, guru dapat melakukan cara berikut:
1) Hendaknya
guru menerangkan dengan jelas tentang hasil yang ingin dicapai;
2) Hendaknya
guru berdiskusi dengan siswa tentang langkah yang tepat dalam eksperimen;
3) Guru
harus membantu siswa untuk menemukan bahan-bahan yang diperlukan;
4) Setelah
eksperimen berhasil, siswa ditugaskan untuk membanding-bandingkan hasilnya
dengan hasil eksperimen siswa lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan.
Meskipun metode eksperimen memiliki
beberapa kelemahan, namun metode ini cukup efektif untuk dilaksanakan di
Sekolah Dasar karena pemikiran siswa SD masih berada dalam tahap operasional
kongkrit.Agar metode eksperimen berhasil dengan baik, maka guru harus mempunyai
kemampuan untuk membimbing siswa dari mulai merumuskan hipotesis sampai pada
pembuktian dan kesimpulan serta membuat laporan eksperimen, guru menguasai
konsep yang dieksperimen, mampu mengelola kelas dan mampu memberikan penilaian
secara proses.Selain adanya kemampuan guru untuk melakukan eksperimen, kondisi
dan kemampuan siswa pun harus diperhatikan.Siswa harus memiliki motivasi,
perhatian dan minat belajar melalui eksperimen, siswa memiliki kemampuan
melaksanakan eksperimen dan siswa memiliki sikap yang tekun, teliti juga kerja
keras.
E.
Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi Pembelajaran
Sebelum memulai pembelajaran guru harus
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlebih dahulu. Hal ini dilakukan
agar guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan optimal. Suatu pembelajaran
sekurang-kurangnya harus terdiri atas tiga komponen pokok, yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
1.
Perencanaan
Pembelajaran
Telah ditegaskan dalam Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20, bahwa perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran,
sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Silabus harus dibuat terlebih
dahulu sebelum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) karena Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus. RPP juga merupakan
skenario proses pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Di dalam RPP, tepatnya dalam kegiatan inti
tercermin kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa untuk mencapai
Kompetensi Dasar (KD).
Menurut BSNP (2008 : 24) ada sepuluh
komponen yang harus ada dalam RPP, yaitu:
a. Kolom
Identitas Mata Pelajaran
b. Standar
Kompetensi
c. Kompetensi
Dasar
d. Indikator
Pencapaian Kompetensi
e. Tujuan
Pembelajaran
f. Karakter
Peserta Didik yang Diharapkan
g. Materi
Pembelajaran
h. Metode
Pembelajaran
i.
Kegiatan Pembelajaran
j.
Sumber dan Media Pembelajaran
k. Penialaia
Secara lebih rinci, komponen-komponen di
atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Menuliskan identitas
yang meliputi nama mata pelajaran, kelas/semester, jumlah pertemuan dan alokasi
waktu.
b.
Menuliskan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari silabus mata pelajaran yang akan dicapai
pada kegiatan pembelajaran tertentu.
c.
Menuliskan indikator
pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan dalam silabus.
d.
Merumuskan tujuan
pembelajaran dengan menggunakan kalimat operasional yang dapat diamati dan
diukur. Rumusan tujuan terfokus pada pencapaian Kompetensi Dasar (KD) mencakup
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai siswa setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e.
Merumuskan/memilih
materi pokok pembelajaran yang berisikan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
yang relevan. Rincian materi ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi. Kriteria bahan pelajaran menurut Hilda
Taba (Winataputra 1997 : 67) adalah sebagai berikut:
·
Bahan pelajaran harus sahih (valid) dan
berarti (significant) sesuai dengan perkembangan pembangunan dan kemajuan
IPTEK.
·
Bahan harus relevan dengan sosial siswa.
·
Bahan harus mengandung keseimbangan
antara kedalaman dan keluasan.
·
Bahan pelajaran harus mencakup berbagai
ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan dan sikap.
·
Bahan pelajaran harus sesuai dengan
kemampuan dan minat siswa.
f.
Mencantumkan karakter
peserta didik yang diharapkan.
g.
Merumuskan metode
pembelajaran sesuai dengan karakteristik KD dan indikator dengan memanfaatkan
berbagai metode yang sesuai dengan bahan yang ada, lingkungan dan tingkat
perkembangan anak.
h.
Menyusun sistematik
rencana kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir.
i.
Menetapkan media/alat
dan sumber belajar yang relevan dengan SK, KD dan materi pembelajaran.
j.
Menentukan prosedur
penilaian dan menyusun instrumen dengan pencapaian Kompetensi Dasar.
Dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP
yang telah dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. Prinsip-prinsip
tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
a. Berorientasi
pada silabus mata pelajaran atau tematik.
b. Perumusan
indikator pencapaian kompetensi, pemilihan materi pembelajaran, penyusunan
urutan penyajian materi, serta penilaian hasil pembelajaran dilakukan dengan
mengacu pada SK dan KD yang ada dalam silabus.
c. Memperhatikan
perbedaan individual siswa.
d. RPP
disusun dengan memperhatikan kemampuan prasyarat, kemampuan awal, keragaman
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, keragaman latar
belakang budaya, norma dan tata nilai serta lingkungan sekolah.
e. RPP
disusun dengan mempertimbangkan kemungkinan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi dan sistematis dalam pembelajaran.
f. Mendorong
adanya pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
g. Proses
pembelajaran dirancang dengan berfokus kepada siswa untuk mendorong motivasi,
minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian dan semangat belajar
serta budaya membaca, menulis dan berhitung.
h. Dalam
penyusunan RPP harus dirancang adanya pemberian penguatan umpan balik positif,
pengayaan dan remedial terhadap siswa untuk mengatasi hambatan belajar siswa.
i.
RPP disusun dengan memperhatikan
keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar, dalam satu keutuhan kegiatan.
j.
RPP disusun dengan mengakomodasikan
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman
budaya.
2.
Pelaksanaan
Pembelajaran
Setelah menyusun rencana pembelajaran, langkah
berikutnya yaitu melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran terdiri dari :
a. Kegiatan
Awal
Kegiatan
awal dalam suatu pertemuan pembelajaran ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian siswa agar siswa siap untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Kegiatan awal dilakukan dalam bentuk menghubungkan
pengalaman belajar atau pengetahuan awal siswa dengan cakupan materi yang akan
dipelajari.
b. Kegiatan
Inti
Kegiatan
inti merupakan proses dimana siswa mendapatkan bantuan atau fasilitas untuk
mengembangkan potensi secara optimal dengan cara mencerna dan mempelajari materi
dan atau melalui pengaktifan kinerja siswa yang disertai dengan penguatan dan
umpan balik positif. Pada tahapan kegiatan inti ini, pendidik harus:
·
Menyajikan materi;
·
Menggunakan model,
strategi, metode atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan yang
berfokus pada siswa, ranah pembelajaran, serta karakteristik mata pelajaran.
·
Menggunakan alat/media
pembelajaran.
·
Memotivasi siswa;
·
Mengorganisasi atau
mengatur kegiatan.
c. Kegiatan
Akhir
Kegiatan akhir merupakan kegiatan untuk mengakhiri
suatu aktifitas pembelajaran. Kegiatan akhir yang dapat dilakukan oleh guru dan
siswa antara lain membuat rangkuman materi, melakukan penilaian dan refleksi
serta melaksanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial,
penguatan, program pengayaan atau penugasan baik secara individual maupun
kelompok.
3.
Penilaian
Pembelajaran
Setelah
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan, tahap selanjutnya adalah
penilaian. Penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk memperoleh informasi
tentang kemajuan hasil belajar siswa.
Dalam
BSNP (2008 : 18) dijelaskan bahwa:
Penilaian
merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
mengambil keputusan.
Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan presentase
pemenuhan indikator. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
bahwa penilaian hasil belajar oleh guru terdiri atas ulangan harian, ulangan
tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Penilaian dengan tes
dapat berbentuk tertulis, lisan dan perbuatan (praktik). Sedangkan penilaian teknik
non tes dilakukan dengan pengamatan, pengukuran sikap, penilaian hasil karya
berupa tugas, proyek dan atau poduk.Agar pelaksanaan penilaian lebih bermakna,
dapat dilengkapi dengan portofolio masing-masing siswa.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penilaian adalah sebagai berikut:
1) Penilaian
diarahkan untuk mengukur kompetensi
2) System
yang direncanakan adalah system penilaian yang berkelanjutan
3) Hasil
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut
4) System
penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang diperoleh dalam
kegiatan pembelajaran
5) Penilaian
dapat dilakukan secara: tes tertulis, lisan, perbuatan, penugasan, produk, dan
pengamatan. (BSNP, 2008:19).
Dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menggunakan dua teknik dari penilaian
kelas yaitu penilaian unjuk kerja (performance) dan penilaian tertulis. Penilaian
unjuk kerja digunakan untuk menilai aktifitas siswa
pada saat melakukan praktikum secara berkelompok, sedangkan tes tertulis
digunakan unjuk menilai pemahaman siswa terhadap rnateri yang sudah
dipelajari.
F.
Kerangka
Pemikiran
Penelitian
ini menindaki ketertautan pengaruh antara variabel proses dengan variabel
hasil. Variabel proses berupa penggunaan metode eksperimen, sedangkan variabel
hasil adalah meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran IPA terutama
tentang sifat-sifat cahaya.
Metode
eksperimen menurut Djamarah, dkk (2002 : 95) merupakan metode mengajar yang
mengarahkan siswa untuk memahami suatu materi atau ilmu pengetahuan dengan cara
mereka melakukan suatu percobaan yang langsung berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. Metode ini relevan dengan karakteristik siswa SD dimana anak
usia SD berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit. Pada tahap ini
anak mampu berpikir logis melalui objek-objek kongkrit dan sulit memahami
hal-hal yang hanya dipresentasikan secara verbal. Peristiwa berpikir dan
belajar anak pada tahap ini sebagian besar melalui pengalaman nyata yang
berawal dari proses interaksi anak dengan objek (benda) bukan dengan lambang,
gagasan ataupun abstraksi. Selain itu, metode yang digunakan sesuai dengan
karakteristik pembelajaran IPA yaitu proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Dengan
demikian, penggunaan metode tersebut diduga kuat dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang dipelajari. Atas
pertimbangan hal itulah maka peneliti meyakini bahwa metode eksperimen yang
digunakan pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar akan mampu meningkatkan
pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA melalui pengalaman nyata.
G.
Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan
kajian teori yang relevan dan sejumlah asumsi dasar sebagaimana dikemukakan,
maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
Jika
pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen direncanakan,
dilaksanakan dan dievaluasi secara efektif di kelas V SD Negeri ... Kecamatan
Cipedes Kota Tasikmalaya, maka pemahaman siswa tentang sifat-sifat cahaya akan
meningkat.
Tag :
SKRIPSI
0 Komentar untuk "Contoh Skripsi Penggunaan Alat Peraga Uang Monopoli Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika"